REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengunjung pameran buku di Istora Senayan dibuat terkaget-kaget ketika melewati toko buku Samudra. Ahmad Fuadi, pengarah buku novel 'Negeri 5 Menara' sempat berkomentar, "Gila...," ujar dia, Kamis (30/11).
Bagaimana tidak, di toko buku itu jelas tertulis 'Serat Centhini' Rp 5 milyar, 'Album Foto Orisinil Soeharto' Rp 200 juta dan 'Tan Malaka' Rp 150 juta. Harga yang fantastis untuk sebuah buku. Tapi bagi Daud Buku, harga itu merupakan nilai yang sesuai.
Ia yang selama satu dasawarsa berkecimpung di dunia 'perbukuan' sering 'mensurvei' nilai sebuah buku. Karena itu, ia berani memasang harga tinggi. "Di Indonesia tidak ada lembaga yang memiliki otoritas menentukan harga buku, sehingga saya menentukan sendiri," ujar dia.
Harga buku yang mahal menurutnya sebanding dengan kesulitan mencari buku. Ia yakin buku itu akan terjual walaupun harganya selangit. "Kalau filateli lebih gila lagi harganya," ujar dia. Kalau tidak laku, ia justru akan terus menaikkan harganya.
Demi mengamankan buku 'mahal' ini, Daud sengaja membawa buku ini pulang. Khusus buku Surat Centini, ia tak memajang di bazar. Ia menyimpannya di perpustakaan pribadinya di daerah Serpong.