REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Meski mengaku belum melewati masa bulan madu, Edhie Baskoro Yudhoyono atau akrab dipanggil dengan Ibas akhirnya terpaksa buka suara seputar kabar pembelian rumah 'cantik' di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Ibas secara tegas membantah tentang informasi itu.
"Belum saja melewati masa honeymoon, ehh saya sudah harus menanggapi isu seperti ini. Tanggapan saya, tidak benar bila saya membeli rumah di kawasan terbilang Jakarta Pusat tersebut," ujar Ibas dalam pesan singkat yang dikirimkan melalui staf khususnya Bongga kepada wartawan, Rabu (30/11).
Putra Presiden itu mengaku sampai sekarang Ia masih menetap bersama orang tuanya. Sembari terus berikhtiar untuk segera dapat menempati rumah sendiri (bukan seperti yang diisukan).
Harta kekayaannya masih menyesuaikan dengan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara yang sebelumnya dilaporkan. "Insya Allah saya masih menyesuaikan dengan LHKPN saya dan saya amieeen-i bila suatu saat (entah kapan), saya pun bisa merasakan rumah cantik 'ganteng' itu," jelasnya.
Tentunya, kata Ibas, dengan dana yang halal tanpa korupsi. Diakhir pesannya, Ibas kembali memohon doanya untuk terus menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah.
Sebagaimana diketahui Ibas baru saja menikahi Putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Siti Ruby Aliya Rajasa pada Kamis, 24 November pekan lalu di Istana Cipanas.
Sebelumnya harian The Jakarta Post, mengutip sumber anonim mengabarkan bahwa Ibas telah membeli rumah bergaya klasik Belanda yang dikenal dengan nama 'Rumah Cantik' seharga Rp16 miliar. Rumah yang terletak di persimpangan antara Jalan Teuku Cik Di Tiro dan Ki Mangunsarkoro ini dibangun 1932.
Rumah, yang telah menerima beberapa penghargaan dari pemerintah kota, dilindungi di bawah keputusan gubernur pada 1993 sebagai salah satu bangunan warisan bersejarah. Karena penampilan yang cantik dan dikelola dengan baik, bangunan seluas 350 meter persegi, yang terletak di tahah sebidang 863 meter persegi sering disewakan sebagai lokasi film dan sinetron.
Ikuti Whatsapp Channel Republika