Sabtu 26 Nov 2011 18:23 WIB

Tak Mau Beli Beras Petani, Gubernur Jatim Ancam Laporkan Bulog ke Presiden

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Gubernur Jatim Soekarwo mengancam akan melaporkan Perum Bulog kepada Presiden, jika tidak membeli beras masyarakat dan tetap menyalurkan beras impor untuk masyarakat miskin (raskin).

"Saya sudah telepon Kabulog agar beras petani segera dibeli dan disalurkan kepada masyarakat miskin," katanya di sela-sela peringatan Hari Guru di Pamekasan, Sabtu.

Ia menjelaskan, saat ini di masyarakat ada sebanyak 366.000 ton beras, tapi belum dibeli oleh Bulog dan perusahaan ini beralasan beras di masyarakat sudah habis.

Gubernur juga menjelaskan, pihak telah melakukan koordinasi dengan mengumpulkan para gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Jatim. "Bulog tidak serius, karena dia melakukan pengadaan dengan mendatangkan beras impor, sedangkan di masyarakat beras masih banyak," katanya menjelaskan.

Di Jawa Timur, kata Gubernur, beras hasil pertanian masyarakat yang tersebar di berbagai kabupaten sangat cukup untuk memenuhi kumsumsi, bahkan lebih. "Kita kelebihan beras sebanyak empat juta ton setiap tahun," ucap Soekarwo.

Oleh karenanya, sambung dia, pihak Bulog sebenarnya tidak perlu melakukan impor beras, baru jika semua beras petani sudah terserap, maka perusahaan itu bisa melakukan impor.

"Ini beras petani di Jawa Timur saja belum terserap, lalu melakukan impor dengan alasan kebutuhan raskin tidak mencukupi. Serap dulu beras petani, baru impor," katanya menambahkan.

Sementara sampai saat ini Perum Bulog di Jawa Timur, termasuk Bulog Sub Divre XII wilayah Madura belum mendistribusikan raskin, lantaran beras yang tersedia di gudang Bulog merupakan beras impor.

Menurut Kepala Perum Bulog Madura Ach Readi, penangguhan distribusi raskin ini tidak hanya terjadi di Madura saja, akan tetapi juga dialami oleh Bulog lain di Jawa Timur.

Alasan mereka, Bulog tidak mampu membeli beras petani, karena harganya mahal yakni Rp 7 ribu per kilogram, sedangkan beras impor sudah ada di Jatim dan tinggal pendistribusian.

Namun, kalangan lain menilai Bulog lebih suka mendistribusikan beras impor, karena keuntungannya banyak dibandingkan dengan membeli beras petani yang sebenarnya beras dengan harga Rp 7 ribu itu tergolong beras bermutu jelek.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement