REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Lahan pertanian di Pulau Jawa berkurang rata-rata mencapai 27 ribu hektare per tahun. Pemerintah harus segera mencetak sawah baru di luar Pulau Jawa.
Menurut Direktur Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Badan Pusat Statistik (BPS) Ardief Achmad, penyebab berkurangnya lahan pertanian di Pulau Jawa lantaran pembangunan fisik yang tidak terbendung.
"Pembangunan fisik seperti rumah toko (ruko) dan pembangunan fisik non pertanian lainnya menjadi penyebab utama terus berkurangnya lahan pertanian di Pulau Jawa yang rata-rata per tahunnya mencapai 27 ribu hektare, " kata Ardhief di Bandung, Sabtu (26/11).
Namun, Ardief mengaku lupa soal data berapa sisa lahan pertanian di Pulau Jawa yang masih produktif. Yang jelas, lahan pertanian di Pulau Jawa akan sulit ditambah kembali karena gencarnya pembangunan fisik yang terus berkembang.
Lebih lanjut Ardief mengatakan, berkurangnya lahan pertanian di Pulau Jawa tersebut tidak berdampak pada produki padi di Pulau Jawa. Karena, IP (Indeks Penanaman Padi) di pulau ini masih terus meningkat.
Untuk mengimbangi terus berkurangnya lahan pertanian di Pulau Jawa, Ardhie mendesak Kementerian Pertanian segera mencetak sawah di Pulau Jawa. Sayangnya, proses pencetakan sawah baru di luar Pulau Jawa tidak mudah. Ada beberapa kendala seperti masalah hukum adat yang berkaitan dengan tanah ulayat yang membuat proses pencetakan sawah baru menjadi terhambat.
"Contohnya di Papua, untuk membebaskan lahan yang dikuasai oleh masyarakat adat sungguh sangat sulit. Pemerintah harus menyiapkan biaya dengan jumlah besar untuk pembebasan lahan tersebut," katanya.