REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL--Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak membunyikan Early Warning System atau sistem peringatan dini tsunami pascagempa tektonik berkekuatan 5,1 Skala Richter beberapa saat lalu.
"Selain gempa tidak berpotensi tsunami juga tidak meresahkan warga pantai selatan, sehingga tidak perlu meneruskan informasi dan peringatan bahaya melalui Early Warning System (EWS)," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto di Bantul, Kamis.
Menurut dia, informasi dari BMKG Yogyakarta, gempa tektonik berkekuatan 5,1 SR terjadi Kamis, sekitar pukul 10.55.31 WIB dengan lokasi 9.04 Lintas Selatan-109.76 Bujur Timur atau 144 km barat daya Kabupaten Bantul pada kedalaman 10 km.
"Informasi dari petugas SAR di pantai selatan menyatakan jika getaran gempa memang dirasakan sebagian warga, namun tidak menimbulkan kepanikan warga setempat, kondisi ombak pascagempa dilaporkan tidak terpengaruh," katanya.
Ia mengatakan, meski tidak meneruskan informasi gempa melalui EWS yang terpasang di sepanjang pantai, namun bukan berarti sistem peringatan dini tersebut tidak dapat berfungsi.
"Ada sembilan EWS yang terpasang di sepanjang pantai selatan, dan sebanyak 28 EWS telah dipasang di masjid-masjid di Kecamatan Sanden, Kretek dan Srandakan, kita uji coba sebulan sekali tiap tanggal 26," katanya.
Ia mengatakan, sementara itu hingga siang ini pihaknya tidak menerima laporan adanya kerusakan atau korban jiwa, namun hanya mendapat laporan getaran gempa dirasakan di sebagian wilayah selatan Bantul yaitu di Kretek, Sanden dan Srandakan.
"Usai gempa langsung cek ke lapangan, dan anggota forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Kretek, Sanden dan Srandakan, merasakan getaran gempa, namun tidak ada laporan kerusakan," katanya.
Pelaksana harian bagian Pusat Pengendalian Operasional (Pusdalops) BPBD Bantul, Subarda mengatakan, gempa tersebut pihaknya tidak meneruskan informasi dan membunyikan sirine dalam EWS atau sistem peringatan dini.
"Ada saatnya informasi itu disampaikan melalui EWS, namun karena tampilan di layar data Pusdalops gempa tidak berpotensi tsunami, maka kita tidak perlu meneruskan, masyarakat di pesisir juga sudah terlatih," katanya.
Menurut dia, dalam meneruskan informasi gempa dan memberi peringatan melalui EWS, akan dilakukan jika pada layar yang terkoneksi dari BMKG menunjukkan status waspada tsunami, siaga tsunami dan atau awas tsunami.
"Dikatakan waspada tsunami jika ombak naik kurang dari 50 centimeter, sedangkan siaga jika kenaikan ombak antara 50 centimeter hingga tiga meter, dan yang paling awas yakni kenaikan ombak di atas tiga meter," katanya.