REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--PT PLN menandatangani nota kesepahaman dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) di bidang teknologi "reverse engineering" atau tiru teknologi.
Pengembangan teknologi ini adalah untuk meningkatkan "availability" (ketersediaan) dan "reliability" (keandalan) unit pembangkit, kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji usai menandatangani nota kesepahaman dengan ITB dan ITS di Kantor Pusat PLN, Jakarta Kamis.
"Dengan adanya tiru teknologi tersebut kita harapkan PLN tidak lagi mengimpor suku cadang. Kita usahakan diproduksi dalam negeri," kata Nur Pamudji.
Nur Pamudji menjelaskan "reverse engineering" adalah kemampuan membalik proses dari barang menjadi desain. Di samping "redesign" kerja sama tersebut juga meliputi "remanufacturing", "remaining life assesment", "destructive test/non destructive test" (DT/NDT) dan "root cause failure analysis" (RCFA).
"Sebenarnya kerja sama dengan ITB dan ITS ini telah berlangsung lama, namun selama ini kerjasama tersebut masih dalam bentuk studi bersama seperti 'feasibility study' PLTU, studi pelayaran batubara dan studi sumur-sumur gas PLN. Dengan adanya MoU ini kerjasama dapat ditingkatkan dengan 'reverse engineering'," kata Nur Pamudji.
Terkait tiru teknologi tersebut, PLN tidak menargetkan jumlah penghematan dari impor suku cadang. "Bagi PLN, yang terpenting adalah dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia PLN dengan penguasaan teknologi yang selama ini ada di luar negeri," ujarnya.
Nur Pamudji menambahkan berhasil atau tidaknya tiru teknologi itu tergantung dari kemauan para direksi. "Jika direksi sudah ada kemauan, maka tinggal bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan produsen untuk mulai memproduksi. Yang terpenting percaya diri, maka 'reverse engineering' dapat kita lakukan," tegasnya.