Kamis 24 Nov 2011 01:34 WIB

Klaim Newmont: Pembuangan Tailing di Selat Nunukan tak Ganggu Biota Laut

Rep: Fitria Andayani/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,BATU HIJAU -- PT Newmont Nusa Tenggara membantah tudingan sejumlah pihak bahwa ampas hasil pengolahan tambang (Tailing)  yang mereka buang ke laut, membuat tangkapan ikan nelayan berkurang. Newmont juga mengklaim tailing tidak akan membuat habitat flora laut terganggu.

General Supervisor Enviromental Affairs Newmont, Radjali Amin menyatakan, tailing tidak ubahnya pasir. "Tidak ada bahan berbahaya di dalamnya," katanya, Rabu (23/11). Lagi pula lanjutnya, tailing dibuang ke zona yang populasi ikannya minim.

Tailing dibuang ke Teluk Senunu yang berupa palung berkedalamannya hingga 4.000 meter. "Di bawah itu relatif gelap sehingga tidak banyak makhluk hidup yang tinggal di sana," ujarnya.

Meskipun demikian, dia tidak menampik adanya gangguan yang dialami oleh habitat laut. "Seperti bentos yang memang hidup di palung tersebut," ujarnya. Namun gangguan tersebut, menurutnya tidak berlangsung permanen. Bahkan terdapat makhluk laut yang bisa hidup di dalam tailing. "Artinya makhluk laut tidak membenci tailing. Tidak perlu waktu lama hingga mereka membentuk koloni lagi.

Super Intendant Tailing Management System NNT, Dinar Aryasena menyatakan, tailing yang dibuang ke laut telah memenuhi persyaratan yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). "Tailing yang boleh dibuang tidak boleh memiliki PH di atas 10 persen. Sementara tailing milik kami PH maksimalnya 9 persen," ujarnya. Kadar air pun cukup tinggi hingga 70 persen. Sedangkan pasir tailingnya hanya 30 persen

Atas fakta tersebut, menurut Amin tidak mungkin tailing membahayakan habitat ikan di perairan Sumbawa. "Jumlah tangkapan ikan juga menjadi kepedulian kami. Kami selalu memantau populasi mereka setiap tahun, bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Mataram," ujarnya. Selain itu, jumlah tangkapan ikan sangat dipengaruhi musim dan siklus laut.

Siklus juga diklaim NNT sebagai penyebab terjadinya penurunan vegetasi klorofil di Laut Sumbawa. "Vegetasi tersebut secara alamiah akan berkurang pada April atau Mei, ketika memasuki musim kemarau," ujarnya. Namun akan tumbuh signifikan pada akhir tahun seperti bulan Oktober. Tak lain karena telah masuk musim hujan.

"Saat musim hujan, suplai oksigen dan nutrien di dalam air meningkat. Sehingga populasi mereka pun bertambah," ujarnya. Hal ini berbanding terbalik saat musim kemarau. Di mana makanan yang dibutuhkan untuk hidup mereka sangat terbatas. "Ini berulang terus setiap tahun. Jadi tidak benar kalau tailing-lah yang membuat mereka menghilang," jelasnya.  

Sebelumnya, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menuntut Newmont bertanggung jawab atas turunya populasi Klorofil pada Mei 2011. Walhi menunjukkan citra satelit yang menampakkan rendahnya populasi vegetasi tersebut bila dibandingkan dengan keadaan per Oktober 2007. Dengan demikian Walhi menyimpulkan, keberadaan NNT selama ini di Sumbawa telah merenggut habitat hidup mereka.

Atas alasan tersebut, September lalu, Walhi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat menggugat KLH karena telah memberikan perpanjangan izin pembuangan tailing Newmont ke Teluk Senunu. Gugatan tersebut disidangkan di Pengadilan Negeri Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.

“Pembuangan tailing Newmont sebanyak 140 ribu ton per hari telah mengakibatkan hasil ikan menurun dan nelayan harus mencari ikan di laut lebih jauh,” ujar Manager Advokasi Hukum dan Kebijakan Walhi, Jumi Rahayu, beberapa waktu lalu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement