REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI - Pertamina menolak membayar uang pengobatan dua orang korban kebakaran akibat tabung elpiji ukuran 3 kilogram yang bocor, di mana korbannya saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pelem, Pare, Kabupaten Kediri.
Sales Representatif LPG Pertamina Wilayah Pemasaran Kediri, Ferdi Surya Indrawan, Selasa, mengemukakan memang tidak akan membayar uang pengobatan dua korban kebocoran tabung tersebut. Hal itu disebabkan biaya pengobatan sudah ditanggung lewat program Jamkesda.
"Yang menanggung biaya itu harus satu pihak. Korban sudah mempunyai Jamkesda, jadinya akan ditanggung oleh pemda," ucapnya, menjelaskan.
Walaupun tidak menanggung biaya rumah sakit, ia mengatakan Pertamina tetap akan memberikan santunan kepada korban kebakaran tersebut. Santunan itu berupa tali asih dengan nominal sekitar Rp 2 juta.
Kebocoran terjadi pada tabung elpiji ukuran 3 kilogram, hingga menyebabkan kebakaran. Kejadian ini menimpa Marsini (50) dan suaminya, Suraji (60), warga warga Dusun Swaloh, Desa Sambirejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Musibah itu terjadi saat Suraji hendak memasang regulator tabung elpiji di tempatnya berjualan nasi, dekat dengan kantor Polres Kediri. Pada pemasangan pertama, elpiji tidak berhasil menyala, lalu diperbaiki dengan memutar karet.
Marsini, yang ditemui di rumah sakit mengatakan, api tiba-tiba menyambar setelah suaminya memasang karet tersebut. Tangan dan kaki suaminya terbakar, sementara dirinya yang sejak tadi juga mendampingi suaminya ikut terbakar tubuhnya.
"Saat itu, tidak sedang menyalakan kompor, tapi ketika pemasangan karet klep yang dipasang terbalik api menyambar. Saya juga sempat terbakar, sebelum lari ke kamar mandi," ucapnya.
Ironisnya, kedua orang tua itu tidak segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dokter, dengan alasan tidak memiliki biaya. Pihak perangkat desa juga cukup lama memproses dan menunggu kartu Jamkesda jadi, hingga terlambat. Padahal, luka bakar yang mereka derita cukup parah hingga 25 persen.
Humas RSUD Pelem, Pare, Raziq menyayangkan terlambatnya kedua orang itu dibawa ke rumah sakit. Luka bakar yang diderita para pasien itu bisa menyebabkan infeksi, hingga sakitnya bertambah parah.
"Tentunya bisa terjadi infeksi, dan jika dehidrasi akibat kebakaran tidak segera diatasi, bisa menyebabkan sel ginjal mati," katanya, dikonfirmasi dampak keterlambatan tersebut.
Ia juga mengaku, sudah menghubungi kantor Pertamina di Kediri menanyakan tentang biaya perawatan. Total biaya sampai saat ini ada sekitar Rp1,5 juta. Namun, dimungkinkan biaya itu akan dibayar lewat Jamkesda, karena keduanya memanfaatkan kartu Jamkesda.