Rabu 16 Nov 2011 01:31 WIB

Pemakaian Pestisida Hortikultura Dapat Dikurangi 20 Persen

Rep: Antara/ Red: Ismail Lazarde

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian menunjukkan pemakaian benih hortikultura berkualitas mampu mengurangi penggunaan pestisida sampai dengan 20 persen.   

"Kalangan petani seharusnya dapat memahami ini karena akan menghemat penggunaan pestisida yang berarti akan memberi keuntungan sangat signifikan," kata Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Kementerian Pertanian Witono Adiyoga pada pertemuan "Train the Chain" di Kantor Litbang Hortikultura Jakarta, Selasa (15/11).

Witono mengatakan, kenyataan di lapangan petani beranggapan dengan memperbanyak penggunaan pestisida  justru akan menghasilkan sayuran dan buah yang optimal.   

"Petani kita mungkin terlalu kreatif menggunakan pestisida berlebih padahal penggunaan bahan kimia seperti itu ada ambang batasnya," kata Witono.    

Dia menunjuk hasil penelitian terhadap tanaman bawang merah dan cabai merah yang menggunakan pupuk dan pestisida. Hasilnya menunjukkan penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak bijaksana hanya menimbulkan pemborosan.   

Produksi untuk bawang merah dan cabai merah sama-sama naik antara yang menggunakan pupuk dan pestisida secara bijak dengan yang berlebih, akibatnya terjadi perbedaan keuntungan masing-masing 10 persen dan 20 persen.   

Penggunaan insektisida untuk hama serangga dan fungisida untuk hama tumbuhan harus dilakukan dengan bijaksana agar selain tidak boros juga hama tidak resisten (kebal).   

Petani harus dibekali pengetahuan kalau hama itu masih di bawah ambang batas maka penggunaan pestisida dapat dipergunakan. Selain itu tidak semua penyakit dapat menggunakan pestisida, untuk itu petani harus terbiasa mengidentifikasikan penyakit.

"Mereka harus melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum memutuskan pestisida seperti apa," ujar dia.   

Kasus ledakan ulat buah di Brebes menunjukkan hama tersebut sudah resisten terhadap pestisida. Penggunaan pestisida secara bijak di kalangan petani dapat dimulai dari kebijakan pemerintah dalam hal ini inisiatif dapat dilaksanakan melalui komisi pestisida.

Witono mengatakan, produsen benih seperti PT East West Seed Indonesia (Ewindo) telah memproduksi produk unggul yang dirancang tahan terhadap penyakit.   

"Hasil penelitian Balitsa di beberapa tempat benih-benih unggul dapat menghemat penggunaan pestisida," ujar dia.   

Kenyataan petani di sejumlah daerah seringkali tidak memanfaatkan benih baru dan lebih suka menggunakan anakan yang kualitasnya sulit dipertanggungjawabkan.   

Dia mengatakan, penggunaan bibit seharusnya terus diperbarui sehingga menghasilkan bibit unggul yang tahan terhadap hama.   

Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Glenn Pardede mengatakan, penggunaan pestisida selain mengganggu kesehatan juga membuat hama menjadi resistan.   

Menurut Glenn, Ewindo terus melakukan pembinaan terhadap petani untuk bercocok tanam sayuran yang berkualitas. Saat ini sudah ada 7.000 petani binaan di seluruh Indonesia.   

Glenn mengatakan, saat ini Indonesia telah menghasilkan 6.000 sampai 7.000 ton benih  hortikultura berkualitas atau naik rata-rata 10 sampai 15 persen per tahun.   

Sementara Ewindo saat ini telah memproduksi 160 varietas sayuran dengan produksi 3.000 ton per tahun.

Glenn optimistis, pertumbuhan 15 persen benih sayuran akan tercapai mengingat masyarakat mulai menyadari  pola hidup sehat, sementara pada tahun lalu konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement