REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa persaudaraan dan solidaritas di dalam tubuh Bangsa Indonesia dinilai mulai luntur. Bangsa ini kehilangan orang yang mampu merajut kembali compang-camping sosial, gonjang-ganjing politik, keterpurukan ekonomi, dan disorientasi budaya.
Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Budiman Sudjatmiko mengatakan, degradasi rasa persaudaraan ini tidak terlepas dari gonjang-ganjing politik yang didominasi kekuatan yang berorientasi pada kekuasaan kelompok. Semua orang kini terjebak dalam kepentingan kelompok dan kurangnya kebersamaan jiwa untuk lebih mengedepankan kepentingan bangsa yang lebih strategis.
"Padahal rasa persaudaraan dan senasiblah yang membawa bangsa ini menjadi negara merdeka yang mampu keluar dari kungkungan kolonialisme purba," kata Budiman pada acara Dialog Kebangsaan untuk Keadilan Sosial, di Jakarta, Kamis (10/11).
Menurut Budiman, sebagai bangsa yang besar, solidaritas dan rasa kemanusiaan masih ada di negeri ini. Karena itu, perlu ada jaringan kolaboratif yang didasari solidaritas dan rasa kemanusiaan, sehingga menghasilkan sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Optimisme bahwa solidaritas dan rasa bersaudara tersebutlah yang menjadi jiwa dan penggerak Persaudaraan Indonesia untuk mengisi kekosongan bangsa Indonesia saat ini. Saat ini para tokohnya lebih sibuk mengakumulasi data kuantitatif dan pembagian lapak politik, ketimbangan secara terus- menerus memupuk rasa empati dan solidaritas terhadap kenyataan yang setiap hari dialami rakyat.
Ketua Umum Persaudaraan Indonesia Yudi Syamhudi mengatakan, kebebasan solidaritas dan kerja sama merupakan tiga pilar utama dalam membangun ideologi persaudaraan manusia. Namun, semua itu tidak akan pernah berjalan tanpa didasari oleh saling percaya.
Menurut Yudi, sikap saling percaya harus menguat dan tiga pilar tersebut harus kokoh melebur pada sikap manusia. Sehingga dengan sendirinya, rasa saling curiga, cemburu, dan penyakit psikologis yang menghambat kemajuan bisa hilang.
Gerakan Persaudaraan Indonesia yang beranggotakan berbagai kelompok menyadari bahwa Indonesia sebagai negara, terbentuk dari kebinekaan atau perbedaan yang nyata. Namun hal ini juga yang harus menjadi perekat rasa persaudaraan dan solidaritas.
Yudi mengatakan, Persaudaraan Indonesia berharap segala perekat solidaritas dapat meningkat secara kualitas dan kuantitas di semua kelompok. Agar segala soal dan keterpurukan dapat diselesaikan dengan konsep perbedaan yang menjadi penyatu.