REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wacana pemberian gelar kepada Soeharto ditentang mantan ketua Partai Rakyat Demokrat (PRD), Budiman Sudjatmiko. Budiman menyebut Soeharto sebagai penjahat kemanusian yang tidak layak diberi gelar pahlawan.
“Artinya sudah tidak layak. Pertama terlalu banyak hal yang terlalu terjadi. Kejahatan kemanusiaan dan korupsi,” kata Budiman yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini, di Jakarta, Kamis (10/11).
Budiman mengakut tidak rela apabila yang menjadi pahlawan Indonesia adalah seorang yang pernah terlibat kejahatan seperti itu. “Bagaimana kalau suatu saat terbongkar kejahatan kemanusiaan dan korupsinya?. Saya kira tidak pas,” kata Budiman.
Meskipun Soeharto memiliki banyak sumbangsih bagi pembangunan Indonesia selama 32 tahun menjabat presiden, namun bagi Budiman hal itu tidak sebanding dengan kejahatan yang telah dilakukan Soeharto selama menjabat.
“Hitler juga membangun Jerman dari kebangkrutan, tapi Jerman tidak menjadikan Hitler sebagai pahlawan, karena dia juga melakukan banyak kejahatan,” kata Budiman.
Budiman pernah memiliki pengalaman buruk ketika jaman orde baru. Saat itu PRD dan Budiman dituding sebagai dalang kerusuhan 27 Juli 1996. Buntutnya Budiman mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur.
Memasuki era reformasi, Budiman hengkang dari PRD. Politisi muda ini kemudian bergabung dengan PDIP. Di partai berlambang banteng moncong putih itu karier Budiman membaik. Ia dicalonkan sebagai anggota legislatif untuk Daerah Pemilihan Jawa Tengah VIII. Budiman memperoleh suara terbanyak melebihi ambang batas Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) yang disyaratkan KPU.