REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Ribuan warga Yogyakarta shalat Idul Adha di Alun-alun utara, Ahad (6/11). Padahal malam sebelumnya kota Yogyakarta termasuk alun-alun utara diguyur hujan lebat sehingga lokasi shalat masih basah.
Tampak shalat Idul Adha di Alun-alun utara Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X dan menantunya yang baru dinikahkan pertengahan Oktober lalu, KPH Yudanegara. Bertindak sebagai imam dan khotib dalam shalat Idul Adha adalah Ketua KPK HM Busyro Muqoddas.
Dalam khutbahnya yang bertema 'Islam Ajaran Qurban dan Pemberantasan Korupsi', Busyro mengungkapkan ajaran berkurban mengandung makna yang besar bagi kebutuhan hadirnya pemimpin bangsa dan negara yang cerdas dan tajam nurani, akhlak, keilmuan, dan kepemimpinannya.
"Jangan serahkan kepercayaan memimpin bangsa ini ke depan kepada mereka yang hanya pintar, kaya, dan pandai beretorika. Mereka haus dan memiliki syahwat kekuasaan yang tidak terkendali serta serba doyan alias nggragas. Karena itu bila salah memilih berarti mengorbankan bangsa kita sendiri. Bangsa ini ke depan semakin memerlukan pemimpin yang mampu memadukan akhlak, ilmu dan kepemimpinan yang tegas, sederhana, pemberani dan jujur," tutur dia.
Dikatakan Busyro. Pemilu dan Pilpres tahun 2014 yang akan datang, adalah 'pintu masuk paling kritis' bagi selamat atau bangkrutnya bangsa dan negara ini. Lebih lanjut dia mengungkapkan korupsi dilakukan oleh sebagian orang yang sedang diberi amanat di DPR/DPRD, pemerintah pusat/daerah, penegak hukum (polisi, jaksa, dan hakim), dan sebagian pegawai negeri sipil.
Korupsi sebagai tindakan kumuh secara moral sekaligus kejahatan kemanusiaan itu juga dilakukan oleh swasta, yakni sekelompok pengusaha yang menjalankan roda bisnisnya dengan cara menyuap pejabat pemerintah, pejabat negara, dan penegak hukum.
Sasaran korupsi bukan saja terhadap APBN dan APBD, tetapi juga sektor penerimaan negara dari pajak, minyak, gas, dan batu bara. Bahkan yang menyedihkan, agama pun dikorupsi arti dan fungsinya sebagai pembenaran tindakan politik yang korup.