Selasa 01 Nov 2011 12:54 WIB

Hendardi: Aparat tak Layak Dibayar Freeport

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Didi Purwadi
Sejumlah Porsonil kepolisian Mimika berjaga di Terminal Bus PT Freeport Indonesia, di Timika, Papua, Kamis (15/9). Sebanyak 900 personil gabungan TNI/Polri disiagakan untuk mengamankan aksi kogok kerja ribuan karyawan PT Freeport Indonesia.
Foto: Antara/Spedy Paereng
Sejumlah Porsonil kepolisian Mimika berjaga di Terminal Bus PT Freeport Indonesia, di Timika, Papua, Kamis (15/9). Sebanyak 900 personil gabungan TNI/Polri disiagakan untuk mengamankan aksi kogok kerja ribuan karyawan PT Freeport Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Direktur Setara Institute, Hendardi, menilai sangat tidak layak aparat Polri/TNI mendapat dana bantuan sebagai kompensasi menjaga keamanan PT Freeport. Menurut Hendardi, aparat keamanan tidak sepatutnya menerima imbalan sebab sudah mendapat gaji rutin bulanan beserta tunjangan.

"Apalagi negara masih mampu membayar, terus mengapa mau menerima bayaran dari Freeport? Ini tidak boleh," kata Hendardi dalam diskusi di Rumah Perubahan 2.0., Jakarta, Selasa (1/11).

Menurut Hendardi, adanya pembayaran dana dari Freeport untuk keamanan membuat keberpihakan aparat sangat jelas dalam kasus mogoknya buruh dan warga adat Timika yang menuntut kenaikan upah. Aparat sangat membela manajemen Freeport daripada buruh yang tak lain adalah warga setempat.

Terbukti, kata dia, aparat bersenjata lengkap dengan begitu mudahnya melepaskan tembakan demi membubarkan aksi mogok itu. "Ini efek karena aparat dibayar. Jadi, mereka tidak berpihak kepada masyarakat," kata Hendardi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement