REPUBLIKA.CO.ID,
CILACAP - Pakar petir dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Reynaldo Zoro, menyatakan, potensi terjadinya petir di Indonesia sangat tinggi. "Indonesia terletak pada khatulistiwa yang mempunyai hari guruh (petir) sangat tinggi dengan aktivitas 100 sampai 200 hari guruh per tahun," kata dia dalam seminar mengenai petir yang diselenggarakan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap bersama PT Aditech Matra di Cilacap, Senin (31/10).
Dalam hal ini, kata dia, hari guruh atau "thunderstorm days" diketahui dari jumlah sambaran petir dihitung dengan berapa hari guruh terdengar dalam satu tahun. Menurut dia, tempat-tempat yang mempunyai hari guruh yang sama dihubungkan dengan satu garis pada peta yang disebut sebagai "isokeraunic level".
Ia mengatakan, "isokeraunic level" ini dipetakan oleh badan meteorologi dunia dan juga oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia. "Hari guruh maksimum di beberapa negara, yakni Eropa sebanyak 30 hari guruh, Amerika 100 hari guruh, Jepang 80 hari guruh, Korea 80 hari guruh, Australia 80 hari guruh, dan Indonesia 200 hari guruh," kata dia yang juga Ketua Pusat Penelitian Petir ITB.
Bahkan, kata dia, Cilacap merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki potensi guruh atau petir yang sangat tinggi. Dalam hal ini, dia mencontohkan kasus kebakaran tujuh tangki di kilang Pertamina RU IV Cilacap pada 24 Oktober 1995 akibat terkena sambaran petir.
Secara terpisah, praktisi dari PT Aditech Matra Tulus Leo mengatakan, wilayah Cilacap yang paling rawan petir adalah daerah kilang dan sekitar pabrik (kawasan industri). "Salah satu indikator banyaknya petir adalah banyak industri. Daerah industri banyak berpengaruh terhadap petir karena industri banyak menghasilkan aerosol dalam bentuk polusi," katanya.
Selain banyaknya industri, kata dia, wilayah Cilacap dekat dengan laut sehingga mudah terbentuk awan petir. Bahkan, katanya, arus petir di Cilacap cukup tinggi karena mencapai 40-50 kilo ampere.
Oleh karena itu, lanjutnya, PT Aditech Matra yang berafiliasi dengan ITB telah melakukan pemetaan terhadap wilayah rawan petir di Cilacap pascakebakaran di Pertamina RU IV tahun 1995 silam. Upaya itu termasuk memasang sejumlah alat penangkal petir di sekitar kilang minyak tersebut.
Sementara itu, Electrical Expart Pertamina RU IV Cilacap Ahmadin Sormin mengatakan, Pertamina telah memasang penangkal petir di sejumlah area kilang pascakebakaran tahun 1995 silam.
"Pemasangan tersebut merupakan rekomendasi dari para ahli petir termasuk dari PT Aditech. Apalagi Pak Reynaldo Zoro tadi menyatakan jika Cilacap potensi petirnya sangat tinggi," katanya.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya pemasangan alat penangkal petir baru, dia mengatakan, kemungkinan tersebut tetap ada namun siapa yang akan memasangnya tergantung pemenang tender.