Ahad 30 Oct 2011 14:43 WIB

Kemdiknas Jadi Kemdikbud Perkuat Pendidikan Karakter

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Perubahan nama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan memperkuat pendidikan karakter di sekolah, baik melalui nilai-nilai spiritual maupun kebudayaan.

"Perubahan itu akan membuat Kemdikbud akan bertambah satu pejabat eselon I, yakni Dirjen Kebudayaan, tapi hal itu justru akan semakin memantapkan hubungan kebudayaan dengan pendidikan," kata Staf Khusus Mendikbud, Sukemi, kepada ANTARA elalui telepon dari Surabaya, Ahad (30/10).

Alumni ITS Surabaya tersebut mengemukakan hal itu menanggapi perubahan Kemdiknas menjadi Kemdikbud dan implementasinya secara kelembagaan serta bagi dunia pendidikan yang selama ini sudah tidak memiliki kaitan dengan kebudayaan.

Menurut Sukemi, kebudayaan itu bukan hanya sebatas candi, kesenian atau peninggalan sejarah lainnya, karena kebudayaan itu merupakan segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupannya, sehingga budaya itu mungkin saja merupakan teknologi, spiritualitas, dan kesenian itu sendiri.

"Kalau kesenian itu juga bukan sesuatu yang bersifat kuno, tapi bagaimana menggali, mengembangkan, atau melakukan konservasi dari kekunoan yang sudah ada," katanya.

Ia mencontohkan bulan kunjungan museum yang nantinya bisa dijadikan tradisi bahi sekolah atau tradisi lainnya, maka bukan kunjungan ke museum itu yang penting, melainkan pemahaman makna di balik kunjungan itu jauh lebih penting diberikan kepada siswa.

"Jadi, ada pembelajaran dalam arti sejarah, tapi juga ada pembelajaran dalam arti pendidikan karakter dengan belajar dari sejarah yang ada. Bukan hanya kuno, tapi nilai-nilai dalam kekunoan itu yang penting untuk pelajaran bagi siswa ke depan," katanya.

Ia menyatakan, kebudayaan yang diajarkan itu bisa bersifat tuntunan (nilai-nilai) dan sekaligus tontonan (atraksi). "Keduanya bisa diajarkan di sekolah dan bahkan akan semakin mantap lagi dengan adanya kaitan pendidikan dengan kebudayaan saat ini," katanya.

Dengan kaitan pendidikan-kebudayaan itu, katanya, maka keduanya tidak akan dipisahkan, tapi justru disatukan, sehingga tontonan dan tuntunan akan bersinergi dalam dunia pendidikan.

"Sinergi itu penting, karena sekarang kita menghadapi serbuan kebudayaan asing yang cukup keras, misalnya perayaan Haloween pada 28-29 Oktober yang bisa mengalahkan peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober. Itu tidak boleh terjadi, karena kita punya tradisi serta keunikan tersendiri," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement