REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Keinginan pemerintah untuk memiliki kilang minyak sendiri dianggap tidak terlalu dibutuhkan. Fokus untuk mengembangkan energi alternatif dirasa lebih diperlukan.
Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo menyatakan, investasi kilang oleh pemerintah tidak diperlukan. “Lebih baik kita ganti ketergantungan negara ini dari BBM ke energi ramah lingkungan. Kalau perlu semua energi BBM diekspor,” katanya, Rabu (26/10).
Menurutnya, hal yang paling penting saat ini adalah meningkatkan ketertarikan investor untuk masuk ke bisnis energi terbarukan. ‘Kita masih punya potensi yang besar untuk energi terbarukan,” katanya.
Selama ini, keengganan investor untuk masuk ke bisnis energi baru, gas, dan batu bara disebabkan karena harga domestik yang terlalu rendah. “Padahal investor tidak mau kalau mereka tidak untung,” katanya. Menurutnya, meskipun harga dasar energi terbarukan dinaikkan, harganya masih akan lebih murah ketimbang BBM. “BBM itu energi yang paling mahal,” katanya.
Selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah untuk melepaskan ketergantungan bangsa ini dari penggunaan BBM. Pada 2010, permintaan akan bahan bakar minyak mencapai 1.104 MCBD, sementara pasokannya hanya 699 MBCD. “Melepaskan ketergantungan Ini sebenarnya bisa dilakukan secara bertahap. Namun harus dipastikan dulu ketersediaan energi penggantinya,” katanya,
Harga BBM bisa dinaikkan sehingga orang mulai malas menggunakan BBM. Selain itu, harus dipastikan pula untuk memperbaiki kualitas transportasi umum. “Saat BBM dinaikkan sudah banyak yang beralih menggunakan busway. Namun saat harganya turun, mereka kembali pakai mobil pribadi,” katanya. Dengan cara ini, maka tidak perlu menekan industri otomotif.
Sebelumnya, Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo mengusulkan agar pembangunan kilang dapat dibiayai oleh negara. Sudah sejak 1998, Indonesia berkeinginan untuk memiliki kilang baru. Namun hingga saat ini, dari sejumlah izin yang telah diberikan pemerintah, hanya beberapa saja yang terwujud seperti Kilang Tri Wahana Universal dan Kilang Muba. Menurut evita, pembangunan kilang tidak terlalu mahal hanya sekitar Rp 50 triliun dengan kapasitas 300 MBCD.
Untuk kawasan Asia Pasifik, kilang terakhir kali dibangun tahun 1998. Khusus Indonesia, kilang yang usianya paling muda dan dapat memberikan keuntungan adalah Balongan yang dibangun tahun 1994. Sementara untuk kilang-kilang lainnya, keuntungannya sangat kecil karena telah berumur tua lantaran dibangun tahun 70-an.