REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Rumah Zakat mensosialisasikan pembagian hewan kurban dalam bentuk daging kornet. Pengolahan hewan kurban menjadi kornet dinilai dapat mendatangkan manfaat lebih panjang dan penyaluran yang lebih merata.
"Kalau dalam bentuk kornet bisa tahan hingga setahun," ujar Kepala Cabang Rumah Zakat, Kurnia Arrifiyanto, Selasa (25/10).
Dengan adanya program yang dinamai superqurban ini, diharapkan penyaluran hewan kurban tidak hanya terkonsentrasi di satu daerah, namun bisa juga didistribusikan ke daerah-daerah terpencil. Rencananya pendistribusian akan dilakukan ke daerah-daerah rawan gizi seperti Demak dan Semarang Utara. Meski demikian, tempat penyaluran hewan kurban akan diutamakan sesuai akad dari donatur.
Setiap satu keluarga akan mendapat dua hingga empat kaleng kornet. Untuk seekor kambing mampu diolah hingga 30 kaleng yang setiap kalengnya berisi 200 gram daging.
Meski demikian, hewan kurban yang telah dipotong tak lantas bisa langsung dibagikan mengingat butuh waktu dari proses pemotongan hingga pengolahan menjadi kornet. "Kira-kira setelah satu bulan baru bisa dibagikan," ucaap Kurnia. Sedangkan untuk bagian kepala, tulang, ampela, kikil, dan kaki dari hewan kurban bisa dibagikan saat Idul Adha.
Warga yang ingin berkurban, tidak perlu repot-repot untuk membeli sendiri hewan kurban karena Rumah Zakat telah menyediakannya. Untuk seekor kambing dihargai Rp 1,2 juta. Sedangkan untuk sapi seharga Rp 9,9 juta, namun jika ingin berpatungan, setiap orang dikenakan Rp 1,4 juta.
Hewan-hewan yang terkumpul akan dipotong dan diolah di peternakan yang berada di Probolinggo. Tahun lalu, secara nasional, Rumah Zakat memotong sekitar Rp 8.000 kambing dan 380 sapi. "Kalau di Semarang, tahun lalu berkurban 400 kambing dan 40 sapi," katanya. Program superqurban ini telah dilakukan sejak tahun 2000 lalu.