REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mantan Ketua Lembaga Sensor Film Titie Said meninggal dunia, Senin (24/10) malam. Titie menghembuskan nafasnya yang terakhir di RS Medistra Jakarta pada pukul 18.45 WIB.
“Ibu masuk tanggal 9 Oktober lalu dan langsung masuk ICU, kena stroke dan tidak sadar,” ujar Evi Duhita, putri Titie yang masih menenami almarhumah di RS Medistra kepada Republika.
Selama dirawat di ICU RS Medistra, kata Evi, Titie hampir tidak pernah sadarkan diri secara total. “Pernah sekali-kali sadar sebentar, tapi dari kemarin sudah tidak sadar sama sekali,” ujar Evi.
Saat ini, almarhumah Titie masih berada di RS Medistra dan menurut rencana akan dibawa ke rumah duka di Jalan Pejaten Raya Nomor 28 Jakarta Selatan.
Titie Said lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, pada tanggal 11 Juli 1935. Dia adalah penulis senior sekaligus mantan Ketua Badan Sensor Film Indonesia. Lulusan sarjana muda Arkeologi (Ilmu Purbakala) Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1959 ini pernah menjadi redaktur majalah Kartini dan memimpin majalah Famili.
Titie telah menulis 25 novel hingga tahun 2008. Beberapa novel karya Titie, antara lain Jangan Ambil Nyawaku (1977), Reinkarnasi, Fatima, Ke Ujung Dunia, dan Prahara Cinta (2008). Sedangkan kumpulan cerita pendeknya adalah Perjuangan dan Hati Perempuan (1962).
Sejak kecil, Titie hidup mandiri lantaran ayah ibunya, Mohammad Said dan Suwanti Hastuti, bercerai. Aku harus hidup mandiri. Lepas kuliah di Universitas Indonesia, Titie menjadi wartawan tahun 1956 di Majalah Wanita. Selain itu, aku aktif menulis di Majalah Kartini dan Famili.
Tak lama setelah menikah, tahun 1965 Titie ikut suami pindah ke Bali dan aktif menjadi anggota DPRD. Tahun 1973 Titie ke Jakarta dan tinggal bersama lima anak. Aktif di dunia tulis-menulis dan perfilman, pada tahun 2000 Titie menjadi Ketua LSF.