REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pelaku pelecehan seksual tak segan menjalankan aksinya di tempat ramai, salah satunya kereta api. Bentuk pelecehan bisa bermacam-macam, contohnya iseng menggesekan kelamin saat berdesakan dalam kereta.
"Pelaku pelecehan umumnya melakukan hal seperti itu karena ada perasaan ingin mengendalikan orang lain," kata Angesti Putri, M. Psi, Psikolog Yayasan Pulih.
Pelaku, menurut Angesty merasa si korban mudah dilecehkan dan bisa dia kuasai. Wanita, karakter dasarnya tidak mudah marah. Jadi pelaku menjadi leluasa dan berani melakukan pelecehan tersebut.
Meski bukan termasuk gangguan fungsi seksual yang serius, menggesekan alat kelamin juga dikategorikan pelecehan. Seringkali orang abai karena mengangap kejadian ini lumrah mengingat kondisi angkutan umum yang demkian padat.
Korban juga seringnya enggan melakukan pelaporan. Malu, takut, dan perasaan disangka membesar-besarkan masalah kecil hinggap di pikiran korban. Padahal, jika hal ini terjadi terus-menerus bisa menimbulkan dampak segera seperti perasaan takut, deg-degan, dan gusar yang mengganggu aktifitas.
"Dalam taraf yang lebih ekstrem bisa menimbulkan trauma. Semua pihak harus waspada, jangan menganggap remeh hal ini," kata Angesti.
Makmur Syaheran, Sekertaris Perusahaan PT KAI Commuterline Jabidetabek mengatakan belum ada laporan mengenai kasus pelecehan seksual dalam kereta, khususnya di gerbong khusus wanita. Kalaupun ada, seharusnya penumpang langsung melaporkan kepada petugas dalam kereta. Tindakan tegas akan diberlakukan pada pelaku jika terbukti melakukan pelecehan.