Rabu 19 Oct 2011 23:45 WIB

Imigrasi Selidiki Keabsahan Data Aktivis Greenpeace

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Imigrasi menyatakan saat ini tengah menyelidiki keabsahan data diri aktivis senior Greenpeace Cabang Inggris, Andrew John Tait yang diduga masuk ke Indonesia dengan menggunakan data palsu. "Kami sedang menyelidiki karena nama dan tanggal lahirnya berbeda, tetapi wajahnya mirip. Jadi, ini sedang didalami dulu," kata Kepala Bagian Humas dan Tata Usaha Ditjen Imigrasi, Maryoto Sumadi, di Jakarta, Rabu. Ia juga membenarkan Andrew Tait sudah di Jakarta dan dalam pengawasan. "Ya benar, yang bersangkutan sudah di Jakarta dan saat ini dalam pengawasan kami," katanya.

Sebelumnya diberitakan, petugas Imigrasi menahan Andrew John Tait untuk diperiksa terkait dugaan penggunaan data palsu. Dia diduga mengubah nama dari Andrew John Tait menjadi Andrew Ross Tait agar bisa masuk ke Indonesia. Andrew yang sempat menginap di sebuah hotel di Kemang ditangkap di Bandara Halim Perdanakusuma saat akan berangkat ke Jambi menggunakan pesawat charter, Sabtu (15/10) sekitar pukul 05.00 WIB. Sebelumnya, anggota Satgas Mafia Hukum Mas Achmad Santosa yang biasa dipanggil Ota, diduga telah meminta petugas Imigrasi membebaskan Andrew karena akan menghadiri konferensi di Jambi.

Ota beralasan tidak mau reputasi pemerintahan SBY terganggu. Itu sebabnya dia membela Andrew Tait yang hendak dideportasi. Ota juga mengaku diundang Greenpeace Indonesia untuk melihat kondisi hutan Indonesia dari udara bersama sejumlah tamu dari Inggris, seperti Sir Martin Lorell dan Andrew Tait beserta koordinator dan staf Greenpeace Indonesia. "Saya sebagai undangan dan merasa sebagai bangsa Indonesia yang menghargai tamu mempersoalkan alasan deportasi Andrew Taits," katanya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Greenpeace Indonesia Nur Hidayati menyatakan tidak benar tuduhan aktivis senior Greenpeace menggunakan data palsu. "Tidak benar rekan saya menggunakan data palsu dan itu diketahui oleh Kedubes Inggris," katanya. Justru ia sebaliknya menuduh balik jika pendeportasian rekannya itu merupakan manipulasi. "Isi surat perintah pendeportasian itu, berbeda dengan data paspor rekan saya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement