REPUBLIKA.CO.ID,SAMARINDA--Salah seorang saksi mata yang ikut ditangkap bersama Ramadhan alias Madan (16), anak polisi yang tewas misterius, mengaku sempat melihat tiga oknum polisi memukuli korban hingga tak sadarkan diri. "Saya sempat melihat Madan dipukuli di bagian ulu hati kemudian tengkuknya hingga dia langsung muntah dan pingsan," ungkap seorang saksi, LB, yang meminta agar namanya diinisialkan demi keamanan, Selasa dinihari.
Saksi yang juga meminta agar lokasi wawancara tersebut juga dirahasiakan mengatakan, dia bersama Madan dan tiga orang lainnya ditangkap polisi berpakaian preman pada Minggu dinihari sekitar pukul 03.30 Wita di Jalan Tongkol, Samarinda Ilir.
"Saat itu, saya bersama Madan dan beberapa orang yang diduga komplotan curanmor (pencurian kendaraan bermotor) ditangkap oleh tiga polisi berpakaian preman. Kami kemudian dibawa ke Polresta Samarinda menggunakan sebuah mobil. Saat penangkapan kami hanya nongkrong dan tidak berpesta miras," katanya.
"Saat di kantor polisi itulah saya melihat Madan dipukuli hingga tak sadarkan diri oleh ketiga polisi tersebut. Bahkan, saat mengaku sebagai anak polisi ketiga oknum polisi itu tetap saja menyiksanya dan mengatakan tidak peduli kalaupun dia anak polisi," ungkap LB.
Setelah Madan pingsan, kata saksi tersebut, polisi kemudian mematikan seluruh lampu di Polresta Samarinda. "Kami tidak tahu ke mana Madan dibawa pergi sebab setelah itu semua lampu Polresta Samarinda dimatikan. Ketika bertanya kepada polisi di mana teman saya, polisi itu mengatakan bahwa Madan berada di rumah sakit tapi tidak mengatakan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal. Saya baru tahu dari keluarga Madan pada Minggu pagi sekitar pukul 09.00 WITA," ungkap saksi tersebut yang mengaku masih dapat mengingat wajah ketiga oknum polisi yang telah menganiaya Madan.
Sementara, paman korba La Bia mengatakan, keterangan saksi yang mengaku melihat langsung Madan disiksa sebelum akhirnya meninggal menjadi jawaban atas kematian siswa kelas II SMA Islam Samarinda tersebut.
"Ini merupakan petunjuk yang bisa dijadikan bukti bahwa telah terjadi penganiayaan terhadap korban hingga tewas. Kami mendesak pihak-pihak berwenang termasuk Komans Perlindungan Anak untuk menyelidiki masalah ini sebab korban masih dibawah umur sehinggga tidak sepatutnya diperlakukan seperti itu," ungkap La Bia ditemui usai proses pemakanan Madan.
Madan kata dia baru dikebumikan pada Senin malam sekitar pukul 22. 00 WITA karena menunggu kedatangan ibunya dari Kendari, Sulawesi Tenggara. "Ibunya baru tiba di Samarinda sekitar pukul 21.00 Wita sehingga korban baru dimakamkan sekitar pukul 22.00 Wita," ungkap La Bia.
Suasana duka terlihat mewarnai proses pemakaman Madan.Beberapa personil Polresta Samarinda dan Polsek Kawasan Pelabuhan Samarinda terlihat ikut hadir pada proses pemakaman siswa kelas II SMA tersebut.