REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Konsumsi telur Indonesia terbilang rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Konsumsi telur nasional hanya 87 butir perkapita pertahun. Ini jauh lebih rendah dari Thailand (93 butir perkapita pertahun), China (304 butir perkapita pertahun), bahkan Malaysia (311 butir perkapita pertahun).
Konsumsi telur rendah seiring dengan konsumsi daging ayam yang juga rendah. Angkanya hanya tujuh kilogram (kg) perkapita pertahun. Sedangkan, Filipina (delapan kg perkapita pertahun), Thailand (16 kg perkapita pertahun), Singapura (28 kg perkapita pertahun), dan Malaysia (36 kg perkapita pertahun),
Salah satu penyebab rendahnya konsumsi ayam dan telur akibat rendahnya daya beli masyarakat. Ketua Asosiasi Obat Hewan Indonesia (Asohi), Rachmad Nuryanto, mengatakan banyak masyarakat yang kurang yakin akan kandungan gizi telur dan ayam.
“Alasannya takut terkena kolesterol atau takut alergi jika mengonsumsi telur berlebihan,” katanya.
Informasi yang masyarakat terima juga masih kurang. Akibatnya, masyarakat tak mengetahui benar manfaat ayam dan telur. Jika dibandingkan dengan yang lainnya, telur relatif lebih murah dan lebih tinggi kandungan proteinnya. Telur seharga Rp 13.500 perkg mengandung protein 12,5 persen.
Daging ayam harganya Rp 25 ribu perkg dengan kandungan protein 18,5 persen. Tahu harganya sembilan ribu rupiah dengan protein 7,5 persen. Ikan air tawar seharga Rp 22.500 dengan protein 15 persen. Bahkan, daging sapi harganya Rp 65 ribu dengan kandungan proteinnya 20 persen.