REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indoesia dinilai sudah memiliki dasar yang kokoh, yang diperlukan bagi terbentuknya sebuah negara modern. "Dasar kokoh itu bukan hanya mencakup perangkat formal seperti UUD 1945, tapi juga semangat dan keinginan kuat untuk hidup bersama dalam kebhinekaan," ungkap Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Sabtu (8/10), di Jakarta.
Semangat dan keinginan hidup bersama itulah, yang menurut Hatta memainkan peran vital dalam berbangsa dan bernegara. "Inilah ruh, jiwa, dan semangat yang harus ada dan tidak boleh padam," tegasnya.
Dengan modal kebangsaan seperti itu, Hatta yakin peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi dan mempengaruhi perjalanan kebangsaan selama ini tidak mampu menggoyahkan tekad untuk bersatu, bersama-sama membangun dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas ke Pulau Rote. Modal itu juga dinilainya mampu menyatukan dan mensinergikan sumber daya yang ada, untuk mengurai kekusutan yang ada sekaligus menghadapai tantangan di depan.
"Berbagai cobaan dan tantangan hanya meneguhkan dan memperkuat pandangan kita selama ini bahwa nilai-nilai kebersamaan yang dirumuskan bapak-bapak bangsa kita, memang relevan dan tepat untuk mengelola Indonesia yang sangat heterogen, plural, dan majemuk." ujar Hatta.
Terkait itu, momentum kemenangan ideologis pada September 1965 harus dijadikan tonggak dan bahan refleksi. "Ini tak lain untuk mengukur sejauhmana kita mampu dan bersedia memahami serta mengamalkan nilai luhur Pancasila," jelasnya. Apalagi, kemenangan ideologis itu merupakan bukti kuat keunggulan, ketepatan, dan relevansi Pancasila sebagai dasar mengelola Indonesia.
Dalam semangat yang sama, peringatan hari Sumpah Pemuda, sebaiknya jangan hanya sekadar mengenang jasa para pemuda mempersatukan bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia. "Yang lebih penting lagi, peringatan Sumpah Pemuda ditujukan untuk menilai ulang capaian-capaian yang diperoleh dalam mewujudkan cita-cita pemuda di balik tekad untuk bersatu secara kebangsaan, kenegaraan, dan kebahasaan," tegas Hatta.