Jumat 07 Oct 2011 18:13 WIB

Paloh: Indonesia Rindu Pemimpin Berjiwa Besar

Surya Paloh
Foto: Antara/Jessica Wuysang
Surya Paloh

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Tokoh nasional Surya Paloh mengatakan, Indonesia merindukan sosok pemimpin yang mau mengakui kesalahannya dan siap menerima konsekuensi dari jabatan yang diembannya.

"Mengingat selama ini banyak pemimpin yang tidak tahu bahkan enggan mengakui kesalahannya hingga akhirnya memberikan sebuah polemik yang berkepanjangan," katanya saat memberikan kuliah umum di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan, Jumat (7/10).

Paloh yang juga merupakan alumni UISU tersebut mengatakan, tidak jarang banyak orang ingin menjadi pemimpin di negara Indonesia dengan menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang sempurna.

"Namun di balik kesempurnaan itu ternyata mengabaikan tekad dan keteladanan yang seharusnya dimiliki sebagai seorang pemimpin," katanya dalam materi kuliahnya yang mengambil tema 'Membangun Jiwa Nasionalisme Melalui Pendidikan Karakter Bangsa.'

Ia mengatakan, ada tiga hakikat dalam kemerdekaan bagi suatu bangsa dan ketiganya merupakan hal yang mutlak untuk dipahami oleh semua orang, terutama generasi muda mendatang yang akan meneruskan estapet kepemimpinan bangsa ini.

Ketiga hakikat tersebut yakni, bebas memilih langkah perjalanan suatu bangsa, memiliki keadilan dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara dan mampu menjaga harkat dan martabat sebagai suatu bangsa.

Lebih lanjut ia mengatakan, tiga setengah abad lamanya indonesia di bawah bayang-banyang penjajah, bukan hanya terjajah dari sisi eksploitasi sesama manusia, namun juga sumber daya alamnya dikeruk untuk kepentingan kelompok bangsa penjajah tersebut.

Menurut dia, itu terjadi karena bangsa Indonesia, tidak memiliki semangat kesatuan dalam cita-cita dan belum memiliki rasa pemahaman tentang makna kemerdekaan yang sesungguhnya.

Akan tetapi lanjutnya, rasa itu mulai timbul lewat hadirnya tokoh pemuda yang memiliki gagasan pemikiran tentang perlunya satu tanah air, bangsa, dan satu bahasa yang dikenal dengan sumpah pemuda.

"Melihat hal ini, maka kaum muda dianggap bisa mengejar ketertinggalan bangsa kita dan berani mengatakan yang hitam jika hitam dan putih jika itu kenyataannya," katanya.

Sebelumnya Rektor UISU Prof Zulkarnaen Lubis mengatakan, kehadiran Surya Paloh ke mapus itu dianalogikan seperti seorang ibu yang merindukan anaknya karena Surya Paloh tidak lain adalah alumni UISU.

"Kehadiran Surya Paloh sangat bermakna dalam upaya membangun citra UISU yakni 'Just Fine' atau akrab di telinga kita yakni UISU baik-baik saja sesuai dengan ikon kita selama ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement