REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Meskipun sudah dinaikkan Rp 200 miliar, alokasi anggaran untuk Badan Intelijen Negara (BIN) masih dianggap kurang. Kebutuhan untuk operasional intelijen masih membutuhkan anggaran lebih besar. "Yang kita ajukan lebih dari itu," papar Kepala BIN, Sutanto, saat ditemui di DPR, Kamis (29/9).
Dia menyatakan beban tugas BIN ke depan semakin berat. Bukan hanya keamanan yang harus dipantau, tetapi semua bidang. Dia mengatakan pihaknya harus mampu mengantisipasi itu semua.
Sutanto mencontohkan pantauan intelijen dalam bidang ekonomi: bisnis kelapa sawit yang bersaing dengan bisnis pertanian dan perkebunan lainnya. Tidak menutup kemungkinan persaingan tersebut tidak sehat. "Ini juga harus kita pantau," paparnya.
Dia mengatakan kerja intelijen ke depan membutuhkan anggaran yang besar. Anggaran sebesar Rp 1,4 triliun, dari yang semula hanya Rp 1,2 triliun, dinilainya masih belum ideal.
Namun dia menyatakan, meskipun kurang, pihaknya tetap akan maksimal bekerja. Sutanto juga menegaskan bahwa personel BIN tidak akan ditambah.