REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Kemarau panjang menyebabkan penyerapan beras di Jawa Tengah berkurang. Tak tanggung-tanggung, penyerapan beras oleh Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah turun sebanyak 2.000 hingga 2.400 ton per harinya.
Saat musim hujan, Bulog mampu menyerap sebanyak 2.500 hingga 3.000 ton per hari. Namun saat kemarau panjang seperti sekarang, beras yang mampu diserap hanya sekitar 500 hingga 600 ton per hari.
Tak hanya itu, kemarau panjang juga membuat sawah tadah hujan tidak dapat digunakan untuk menanam padi. Alhasil, kini Bulog hanya mengandalkan penyerapan beras dari sawah irigasi di wilayah Kendal, Pemalang, Cilacap, Brebes, dan sebagian wilayah Klaten. "Cuaca memang sangat berpengaruh dalam penyerapan beras," ujar Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jateng, Hari Susetyo, saat dihubungi, Rabu (28/9).
Meski demikian, stok beras di Bulog Jateng dinilai masih cukup hingga bulan Oktober. Data terakhir stok beras untuk masyarakat miskin (raskin) di Bulog Jateng sampai 19 September adalah 321.847 ton setara beras. Bulog Jateng baru dapat menyerap 56,47 persen dari prognosa (perkiraan) hingga akhir tahun 2011 yaitu 570 ribu ton.
Hari mendukung kebijakan Gubernur Jateng, Bibit Waluyo, untuk mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan beras yang nantinya akan diberikan pada warga kurang mampu.
Bulog belum mampu memenuhi kebutuhan raskin dan cadangan bagi warga. Sejak awal 2011 yakni Januari, Februari dan Maret, terjadi kulminasi panen raya Jateng. Pemerintah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 5.060.
Sedangkan harga beras dan gabah di luaran sebesar Rp 6.000 hingga Rp 6.500. Harga yang ditetapkan pemerintah tidak mengejar. Ini membuat Bulog tak berani membeli beras dari petani.