REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG – Pelebaran jalan Magelang-Keprekan, yang menelan biaya Rp 116 miliar, berdampak positif dan negatif bagi Kabupaten Magelang.
Di satu sisi, kondisi jalan negara tersebut saat ini cukup memadai untuk megurai kemacetan, serta mengundang minat investor. Namun di sisi lain, kini mulai muncul keluhan warga yang memiliki usaha di tepi jalan tersebut.
Selain itu, Pemkab setempat juga kesulitan melakukan penghijauan. "Pelebaran jalan Megelang-Keprekan memang berdampak positif, namun juga memiliki dampak negatif," terang Sekda Kabupaten Magelang, Utoyo, Sabtu (24/9).
Dampak postifnya, lanjut Utoyo, di sepanjang jalan yang merupakan simpul ekonomi Kabupaten Magelang tersebut, pasca pelebaran jalan mulai diminati investor. Tidak lama lagi akan diresmikan pusat perbelanjaan dan perhotelan di wilayah Kecamatan Mertoyudan, juga akan dibangun pusat perbelanjaan serta hotel di wilayah Kecamatan Muntilan.
Hal itu diharapkan akan menjadi penyedia lapangan pekerjaan, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Dampak negatifnya, kata Utoyo, saat ini mulai muncul keluhan dari masyarakat, terutama yang memiliki usaha di tepi jalan. Sebab jalur pemisah dirasakan menghalangi tempat usaha mereka sehingga sepi pembeli.
"Mereka minta agar dibuat lebih banyak ruang di jalur pemisah sehingga memudahkan masyarakat yang hendak berbelanja atau sekedar makan di rumah makan berbelok ke seberang. Tapi ini sudah peraturan, mereka yang harus menyesuaikan," kata Utoyo.
Selain itu, karena lebar jalan sudah sangat mepet dengan pemukiman yang berada di tepi jalan, Pemkab sulit untuk menanam tanaman hijauan. Sehingga satu-satunya alternatif yang bisa dilakukan adalah menanam tanaman kecil di jalur pemisah. "Karena tak ada lagi ruang di tepi jalan, dalam waktu dekat ini, Pemkab juga akan membagikan tanaman buah agar ditanam di rumah-rumah yang memiliki pekarangan," jelas Utoyo.