Kamis 22 Sep 2011 17:20 WIB

Busyro: Banggar Dipanggil Untuk Hindari Fitnah

Rep: Esthi Maharani/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua KPK, Busyro Muqqodas ikut menjawab persoalan yang timbul pasca pemanggilan empat pimpinan Banggar. Menurutnya, pemanggilan itu tak lebih agar Banggar sebagai institusi dan pimpinan anggota Banggar tidak menjadi sasaran fitnah. “Supaya ada klarifikasi dan hasil klarifikasinya akan kami sampaikan,” katanya, Kamis (22/9).

Keempat pimpinan Banggar dipanggil KPK berkaitan dengan adanya dugaan aliran dana yang mampir ke alat kelengkapan dewan ini dari kasus Kemenakertrans. Busyro menekankan, pihaknya tidak boleh hanya mempercayai keterangan tersangka yang menuding keterlibatan Banggar dalam kasus suap itu.

Ia sendiri belum mengetahui secara pasti materi pemeriksaan yang dilakukan KPK atas para pimpinan itu. Kalaupun ada perbedaan persepsi mengenai mekanisme pengaturan anggaran yang dimintakan KPK, Busyro menilai hal tersebut seharusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi .

“Tidak ada masalah kita duduk bersama mencari solusi yang terbaik dan memahami persoalannya,” katanya. Mengenai penghentian pembahasan RAPBN 2012 oleh Banggar pasca peristiwa itu, Busyro mengharapkan agar hal tersebut bisa dinormalkan kembali dan tidak perlu dihentikan.

Untuk diketahui, KPK pada awal pekan ini memanggil Ketua Banggar Melchias Marcus Mekeng bersama tiga orang wakilnya, yaitu Olly Donkokambey, Tamsil Linrung, dan Mirwan Amir. Tetapi, merasa pemanggilannya sebagai saksi itu hanya berkutat pada mekanisme anggaran yang diamanatkan UU, Banggar pun bereaksi.

Dalam rapat internal, Banggar sepakat untuk menghentikan pembahasan RAPBN 2012 dan menyerahkannya kepada pimpinan DPR. Mereka meminta untuk dilakukan rapat konsultasi dan menyamakan persepsi atas kewenangan dalam pengaturan anggaran.

Dengan RAPBN 2012 yang dihentikan ini maka kemungkinan besar pengesahannya akan mundur. Seharusnya pada 25 Oktober mendatang pembahasan RAPBN 2012 sudah masuk tahap akhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement