Selasa 20 Sep 2011 11:30 WIB

Pengamat Intelijen Minta Keuangan Greenpeace Diaudit

Salah satu logo Greenpeace.
Foto: gunjhi3land.blogspot.com
Salah satu logo Greenpeace.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat intelijen Wawan Purwanto meminta seluruh sumber dan aliran dana LSM asing Greenpeace cabang Indonesia segera diaudit, guna membongkar agenda terselubung LSM yang bermarkas di Belanda itu.

"Sebab tidak ada makan siang yang gratis. Tidak mungkin asing menggelontorkan dana miliaran rupiah kepada Greenpeace, tanpa ada imbalan apa-apa. Pasti ada sesuatu di balik itu dan biasanya memang motif ekonomi. Karenanya audit keuangan terhadap Greenpeace harus segera dilakukan," kata Wawan kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, bercokolnya Greenpeace di Indonesia sudah sepatutnya dievaluasi. Antisipasi ini diperlukan agar sejarah masuknya VOC di zaman Belanda yang akhirnya menjajah Indonesia, tidak terulang kembali.

"Kita tentu tidak ingin sejarah VOC terulang lagi. Karena itu, jika Greenpeace melakukan pelanggaran, pemerintah sebaiknya mengambil tindakan tegas," tambah Wawan.

Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto menegaskan, sumber maupun aliran dana LSM asing termasuk Greenpeace yang beroperasi di Indonesia harus diaudit.

"Apalagi ada kecenderungan, LSM asing yang masuk ke Indonesia membawa agenda tertentu, terutama untuk merusak perekonomian bangsa," kataya.

Melalui berbagai wajah, seperti lingkungan, demokrasi, sosial, dan lainnya, LSM asing kerap memasuki Indonesia. Padahal tujuan utamanya adalah menguasai sumber daya alam, sekaligus merongrong perekonomian nasional.

"Salah satu fokus intelijen kita adalah sumber pendanaan. Tentu pendaaan dari luar itu tidak boleh. Harus diaudit dulu," tegas Sutanto kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/9), menanggapi adanya aliran dana yang mengucur dari kantor pusat Greenpeace di Belanda senilai 620 ribu poundsterling atau senilai Rp 8,7 miliar untuk Greenpeace cabang Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement