REPUBLIKA.CO.ID,TIMIKA - Ahli waris pemilik tambang PT Freeport Indonesia (Bug Negel), Silas Natkime, meminta pemerintah memfasilitasi penyelesaian kasus mogok kerja ribuan karyawan PT Freeport Indonesia sehingga tidak sampai berlarut-larut dan menimbulkan kerugian bagi banyak pihak.
"Kepada pemerintah, kami mohon agar mendukung dan memfasilitasi negosiasi antara manajemen PT Freeport dengan karyawan yang diwakili PUK SPSI untuk diselesaikan secara bijaksana antara bapak dan anak. Sehingga masyarakat bisa tenang, karyawan juga bisa bekerja kembali dan semua menjadi damai," kata Silas di Timika, Senin.
Silas yang merupakan putra kandung Tuarek Natkime selaku pemilik ulayat atas areal pertambangan PT Freeport di Tembagapura, Mimika, Papua mengatakan sangat prihatin dengan masalah yang saat ini terjadi di lingkungan PT Freeport. Menurut dia, masalah mogok karyawan seharusnya tidak perlu terjadi jika diantara kedua belah pihak yakni manajemen PT Freeport dengan pihak karyawan yang diwakili PUK SPSI bersikap terbuka sejak awal.
Silas mengatakan bahwa kondisi yang terjadi saat ini sebetulnya sudah berlangsung cukup lama sejak enam bulan lalu. Namun, masalah tersebut tidak bisa diselesaikan karena masing-masing pihak mempertahankan sikap dan prinsipnya masing-masing.
"Kalau perusahaan ini tutup, maka kami sebagai tuan tanah akan kena dampaknya. Kita semua harus berkomitmen untuk menjaga dan melindungi aset dan tambang Freeport ini supaya tidak dihancurkan," ujarnya.
Silas juga mengimbau karyawan untuk kembali ke tempat kerja mereka di Tembagapura dan sekitarnya sehingga produksi perusahaan bisa normal kembali. Negara serta masyarakat juga mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari operasional Freeport.
"Ini kita punya nafas hidup yang tidak boleh diganggu. Sebagai orang tua dan anak, manajemen dan SPSI harus mencari jalan keluar terbaik," harap Silas.