Ahad 18 Sep 2011 10:26 WIB

Presdir Freeport Takkan Bayar Karyawan Mogok

Sejumlah Porsonil kepolisian Mimika berjaga di Terminal Bus PT Freeport Indonesia, di Timika, Papua, Kamis (15/9). Sebanyak 900 personil gabungan TNI/Polri disiagakan untuk mengamankan aksi kogok kerja ribuan karyawan PT Freeport Indonesia.
Foto: Antara/Spedy Paereng
Sejumlah Porsonil kepolisian Mimika berjaga di Terminal Bus PT Freeport Indonesia, di Timika, Papua, Kamis (15/9). Sebanyak 900 personil gabungan TNI/Polri disiagakan untuk mengamankan aksi kogok kerja ribuan karyawan PT Freeport Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAYAPURA - Presiden Direktur (Presdir) dan CEO PT Freeport Indonesia, Armando Mahler, mengatakan, pihak manajemen telah sepakat untuk tidak akan membayar atau memberikan gaji dan hak karyawan saat mogok kerja yang berlangsung sejak 15 September.

"Kita semua tahu kalau mogok kerja karyawan di PT Freeport resmi dilakukan sejak 15 September pukul 00.00 WIT. Manajemen sudah sepakat tak akan membayarkan gaji pekerja saat mereka mogok. No Work, No Pay," katanya di Jayapura, Sabtu (17/9) malam.

Pada waktu aksi mogok karyawan Freeport yang pertama bulan Juli, pihak manajemen masih melakukan pembayaran gaji meski mereka mogok. Alasannya, waktu itu salah satu syarat SPSI kembali kerja adalah pembayaran.

"Itu kebaikan saja. Di mogok kedua ini, kami sudah komitmen sangat kuat, yakni karyawan yang tidak bekerja, maka manajemen Freeport tidak akan membayarnya," tegas Armando.

Menurut dia, pihaknya terus melakukan imbauan kepada karyawan yang mogok untuk kembali bekerja seperti biasa. Karena jika tidak, maka itu akan merugikan diri mereka sendiri.

Apalagi, jika tidak kerja satu hari saja, maka mereka sudah kehilangan penghasilan senilai Rp 577 ribu/hari.

"Kali ini manajemen sudah punya komitmen, siapa tidak kerja itu tidak akan dibayar atau no work no pay. Kami harapkan bantuan rekan media untuk menyampaikan imbauan agar karyawan kembali kerja. Pikirkan juga keluarga, orang tua, kalau mereka tidak kerja. Yang telah kembali bekerja, jangan terhasut lagi," tutur Armando Mahler.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement