Jumat 16 Sep 2011 01:00 WIB

Gara-Gara SMS tak Jelas Warga di Kaki Gunung Ranaka Mengungsi, Ketakutan

Gunung Ranaka tertutup awan
Foto: travelblog
Gunung Ranaka tertutup awan

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG- - Ratusan warga yang bermukim di kaki gunung api Anak Ranaka di perbatasan Manggarai dan Manggarai Timur di Pulau Flores, NTT mengungsi. Ini gara-gara setelah beredar pesan singkat lewat ponsel bahwa gunung api tersebut segera meletus.

"Pengungsian sudah dimulai sejak Rabu (14/9) malam setelah warga menerima SMS yang menyebutkan Anak Ranaka meletus pada Kamis sekitar pukul 01.00 dini hari," kata Ketua Forum Demokrasi Lingkungan dan Kebudayaan Manggarai Rofino Kant yang dihubungi dari Kupang, Kamis.

Ia melukiskan pesan singkat tersebut sontak membuat warga panik, dan langsung mengepak barang-barangnya untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan meletusnya gunung api tersebut.

Menurut Rofino Kant warga yang mengungsi tersebut berasal dari Kampung Pelus, Desa Golo Lobos, Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur. Warga dari sejumlah kampung tersebut menyelamatkan diri ke Desa Compang Wesang di bagian utara desa tersebut yang dianggap cukup aman atau jauh dari jangkauan letusan gunung api tersebut.

"Padahal wilayah Compang Wesang merupakan daerah bahaya karena jika terjadi letusan desa itu justru menjadi jalur aliran lava," kata mantan koresponden RCTI itu.

Dia mengatakan sampai Kamis pagi, sejumlah pengungsi masih bertahan di rumah-rumah penduduk Desa Compang Wesang karena trauma, namun, sebagian besar dari mereka sudah kembali ke rumah masing-masing.

Terkait itu, Petugas Pos Pengamatan Gunung Anak Ranaka Bernadus Taut mengatakan belum merekomendasikan warga untuk mengungsi.

Dia mengatakan sejak Kamis dini hari terjadi beberapa kali gempa vulkanis dalam dan vulkanis dangkal, namun kondisi itu belum bisa dijadikan acuan bahwa gunung akan meletus.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung sebelumnya mengeluarkan rekomendasi peringatan dan larangan bagi warga penambang pasir di dua sungai Waiteko dan Waireno sekitar lereng Gunung Anak Ranaka, untuk melakukan aktivitas penambangan pascadinaikannya status gunung tersebut dari waspada ke siaga.

Larangan tersebut dikeluarkan karena dikhawatirkan ketika tejadi letusan gunung Anak Ranaka yang datangnya secara tiba-tiba, akan membawa dampak buruk bagi para penambang yang masih melakukan aktivitas di sekitar lereng gunung tersebut.

Gunung Anak Ranaka terakhir meletus pada 11 Januari 1988 dengan ketinggian asap hingga delapan kilometer disertai luncuran aliran awan panas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement