REPUBLIKA.CO.ID,BOYOLALI - Musim kemarau panjang sepertinya tak sekedar menyebabkan bencana kekeringan. Asisten III Setwilda Kabupaten Boyolali, Syamsudin, mengasumsikan musim kemarau juga berpotensi menyebabkan bencana gizi buruk. Khususnya, ibu hamil, ibu menyusui, maupun bayi bawah lima tahun (Balita).
Musim kemarau tahun ini diprakirakan panjang. Dampak utamanya, kata Syamsudin, terhadap kondisi produksi sektor pertanian. Kaum tani banyak yang gagal panen dan puso. Atau malah banyak lahan yang menganggur.
Kebutuhan masyarakat meningkat khususnya untuk membeli kebutuhan air baku. ''Semua ini menyebabkan daya beli masyarakat sangat rendah,'' kata dia.
Menurut Syamsudin, masalah gizi buruk juga patut diwaspadai. Ini mengingat karena dampak kemarau panjang pasti bakal terjadi. Daya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan baku sehari-hari mulai berkurang.
''Jadi, dampak kemarau panjang dengan gizi buruk itu seperti efek domino saja. Satu sama lain saling mempengaruhi,'' kata Syamsudin.
Ia khawatir bila musim kemarau tahun ini sangat panjang. Yang jelas, dampaknya terhadap pemenuhan gizi masyarakat sangat rendah. Dampak paling dikhawatirkan terhadap ibu hamil dan ibu menyesui. Semua ini berpengaruh terhadap perkembangan janin dan pertumbuhan bayi dan anak.
Guna menghadapi kondisi tersebut, menurut Syamsudin, perlunya sejak dini dilakukan mapping rawan gizi buruk di daerah-daerah yang biasa dilanda bencana kekeringan. Sehingga, nantinya memudahkan dilakukan tindakan lebih lanjut bila sinyalir bencana gizi buruk benar-benar terjadi.
''Langkah antisipasi yang perlu dilakukan, adalah pemberian makanan tambahan (PMT),'' katanya. ''Ini perlu diberikan kepada kaum ibu hamil, ibu menyusui dan Balita.''