REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Pemerintah Indonesia perlu belajar sejarah dari Jerman karena berani mendiskusikan sejarah secara kritis, kata Direktur Pusat Sejarah dan Etika Politik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Baskara T. Wardaya.
Menurut Romo Baskara di Yogyakarta, Selasa (6/9), Indonesia perlu belajar dari Pemerintah Jerman yang berani membuka dan bertanggung jawab terhadap sejarah masa lalu, meski pahit. Pemerintah Jerman, kata dia, seringkali berbagi pengalaman melalui berbagai kegiatan diskusi tentang bagaimana masyarakat mengolah sejarah mereka yang gelap.
"Pemerintah Jerman berani mengulas secara kritis masa kekuasaan Nazi, Pimpinan Adolf Hitler sebagai dikatator. Meski sejarah mereka pahit, namun mereka berani membukanya dalam berbagai diskusi bebas," kata dia.
Menurut dia, Pemerintah Jerman berani mengakui kesalahan Hitler beserta pendukungnya, yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan. Selain itu, Masyarakat Jerman, kata dia, juga berani mengkritisi masa pemerintahan komunis di Jerman Timur pada 1990-an.
"Di Indonesia kondisinya jauh berbeda karena pelaku kejahatan kemanusiaan selama orde baru maupun rezim lainnya masih bergerak bebas," katanya.
Bahkan, sebagian masyarakat ada yang menganggap penguasa orde baru sebagai pahlawan. "Pemerintah Indonesia terlihat kurang serius menyelesaikan tragedi kemanusiaan oleh kekuasaan militer dan rezim orde baru, yang menimpa jutaan masyarakat Indonesia," tutur dia.
Sebab, banyak keluarga eks atau mantan tahanan politik pada masa orde baru yang kini masih mendapatkan stigma atau cap buruk sebagai simpatisan PKI sehingga mereka trauma," kata dia.
Ia mengatakan Indonesia perlu belajar dari Pemerintah Jerman karena mereka menjelaskan sejarah yang pahit, misalnya kekejaman Hitler secara bertahap. Sebab, beberapa orang Jerman menolak bertanggung jawab terhadap peristiwa pembantaian besar-besaran, karena mereka mengklaim diri sebagai korban kejahatan Hitler.
Menurut dia, Jerman berusaha bertanggung jawab terhadap keluarga korban kekejaman Hitler dengan membayar ganti rugi dalam jumlah yang besar. Dari Jerman, kata dia, Indonesia bisa belajar bagaimana masyarakat negara maju tersebut terus berproses untuk menggugat dan berpikir kritis tentang sejarah masa lalu.
Sedangkan, Pemerintah Jerman pun berupaya bertanggung jawab dan mengakui kesalahan yang dilakukan Hitler. "Masyrarakat perlu diberi ruang untuk melihat sejarah Indonesia dalam pandangan yang luas karena Ilmu Sejarah bersifat dinamis dan tidak bergerak dalam ruang yang kosong," katanya.