REPUBLIKA.CO.ID, PADANGPANJANG-- Para pedagang di pasar tradisional Kota Padangpanjang yang tertimpa musibah kebakaran, Minggu (4/9), mulai resah memikirkan hutang yang membelit. "Dari barang dagangan yang terbakar, pada umumnya titipan dari pada agen penyalur atau distrbutor yang belum dibayar lunas. Minimal hutang ke distributor 30 persen dari total belanja mereka," kata seorang pedagang barang harian yang ikut menjadi korban dalam peristiwa kebakaran tersebut, Efrita, di Padangpanjang, Senin.
Sehingga, kata dia, tidak sedikit hutang yang akan dilunasi kepada agen penyalur atau distributor karena para pedagang mayoritas memasok barang dagangan lebih banyak menjelang Lebaran. Selain itu, kebiasaan para pedagang di pasar tersebut memasukan barang dagangan dua hari sebelum hari pasaran.
"Hari ini adalah pasar, biasanya dua hari sebelumnya hari pasaran para pedagang telah memasok jualannya dari distributor dalam jumalh besar," katanya. Efrita menambahkan, selain dengan distributor, para pedagang di pasar tradisional Padangpanajang juga banyak yang meminjam modal melalui perbankan.
"Untuk mengembalikan hutang yang sudah dibuat, para pedagang butuh kerja keras. Dan kami berharap pemerintah segera memberikan solusi agar bisa kembali berjualan dan membayar hutang," katanya.
Untuk dirinya sendiri Efrita mengaku mengalami kerugian sekitar Rp100 juta dan bahkan pedagang lainnya merugi sampai Rp500 juta. "Dari Rp100 juta itu, sekitar Rp30 juta atau 30 persen dari barang dagangan masih belum dibayar kepada agen penyelur," kata Efrita.
Untuk bisa menyambung hidup, para pedagang yang tertimpa musibah itu juga mengharapkan Pemkot Padangpanjang segera merenovasi pasar yang terbakar tersebut. "Harapan kita tertumpu kepada Pemkot Padangpanjang untuk merenovasi pasar yang terbakar secepatnya, namun apa bila tidak bisa, terpaksa dilakukan dari biayai sendiri," katanya.
Pasar tradisional Kota Padangpanjang terbakar pada Minggu (4/9) sekitar pukul 4.30 Wib dini hari dan menghanguskan sekitar 158 petak kios dan lapak dengan jumlah pedagang 158 orang dengan kerugian mencapai Rp2,19 miliar.