Kamis 25 Aug 2011 15:23 WIB

Buah Impor, Cantik sih, tapi tidak Lebih dari Sampah

REPUBLIKA.CO.ID, Buah lokal jauh lebih segar dan padat gizi dibandingkan buah impor. Namun, pasar buah Indonesia dibanjiri oleh buah-buahan luar negeri. Pemerintah perlu mengubah kebijakan untuk menggalakkan produksi dan konsumsi buah lokal.

"Apel Washington atau Fiji yang diimpor itu, sudah disimpan berbulan-bulan sebelum sampai ke Indonesia. Kandungan nutrisinya sudah sangat rendah. Saya bisa katakan ini produknya tidak lebih dari sampah," kata Khudori, pengamat pertanian dalam wawancara dengan Radio Nederland.

Beberapa waktu terakhir, di Indonesia muncul kritik terhadap impor buah-buahan segar ke Indonesia. Melimpahnya buah dari luar negeri menyebabkan rendahnya konsumsi buah lokal.

Masalah

Dari segi potensi, menurut Khudori, tidak diragukan lagi Indonesia punya potensi yang sangat besar. "Misalnya salak, durian, jambu air dan pisang pun berbagai macam. Tapi, anehnya yang dikembangkan di sini bukan buah potensi lokal," kata Khudori.

Menurut Khudori, produksi buah di Indonesia menghadapai berbagai masalah. Yang pertama, kurangnya perhatian pemerintah terhadap pertanian buah sehingga menyebabkan rendahnya tingkat produksi. "Buah yang dikembangkan oleh masyarakat masih dalam taraf kecil, belum dalam tingkat industrial," ujarnya

Kedua, kualitas buah-buah lokal juga kurang memadai. Ini salah satunya disebabkan rendahnya kualitas penelitian untuk mengembangkan buah-buah lokal.

Rendahnya tingkat produksi dan kualitas menyebabkan buah lokal tidak bisa bersaing dengan buah-buah impor ketika perdagangan bebas diterapkan di Indonesia. "Buah-buah impor membanjiri pasar, tidak hanya supermarket tapi juga pasar-pasar becek," jelas Khudori.

Konsumen

Buah-buah impor terlihat lebih cantik dan kemasannya lebih menarik, misalnya apel dari Jepang atau Amerika. Namun demikian, menurut Khudori, kandungan gizi apel impor itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan apel lokal, misalnya Apel Malang.

"Apel malang itu memang lebih keras dan asam. Tapi, itu justru menunjukkan mereka masih segar," jelas Khudori. Sedangkan apel-apel yang berasal dari luar negeri biasanya sudah disimpan dulu selama beberapa bulan sebelum akhirnya di ekspor.

Ini karena di negara-negara itu apel hanya diproduksi pada satu musim saja. "Jadi, untuk bisa dikonsumsi sepanjang tahun buah-buah itu harus disimpan dan saat diekspor kualitasnya sudah sangat rendah."

Menurut Khudori perlu dilakukan kampanye terhadap para konsumen tentang keuntungan memakan buah lokal yang jauh lebih sehat dibandingkan dengan buah impor. "Tidak semua buah impor yang kelihatan cantik dan dikemas manis secara otomatis gizinya juga bagus."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement