REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim yang rawan bencana. Risiko itu dapat dikurangi apabila Masjid tidak hanya berfungsi perlindungan rohani kepada umat.
Ali M. Noor Muhammad, Direktur Islamic Relief for Indonesia (IRI) mengatakan fungsi Masjid yang dimaksud mengarah pada peran ulama. Maksudnya, ulama memiliki peran penting apabila dilatih untuk merangkap menjadi relawan tanggap bencana.
"Para ulama akan sangat membantu meringankan penderitaan umat saat bencana. Yang terpenting lagi, pesan mereka lebih efektif diterima dan diterapkan masyarakat," kata dia seperti dikutip dari laman layanan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, irin.com, Senin (15/8).
Kepala Kantor PBB untuk Kordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Ignacio Leon-Gracia mengatakan masjid merupakan elemen kunci dalam meminimalisir risiko bencana seperti jatuhnya korban jiwa. "Umat Islam harus bangga soal ini," kata dia mengingatkan.
Avianto Muhtadi, Ketua Perubahan Iklim dan Manajemen Bencana NU, mengatakan umat Islam perlu mempertimbangkan bangunan masjid yang dapat menopang umat dalam menghadapi bencana. Salah satunya, dengan menambahkan jumlah kamar mandi dan ruang terbuka. "Saya kira itu perlu," kata dia.
Laporan terbaru oleh IRI, OCHA dan Nahdlatul Ulama (NU), mengungkap 600.000 masjid di Indonesia memiliki peran penting dalam penanganan bencana seperti tsunami 2004 yang menewaskan 167.000 jiwa dan gempa bumi pada 2009 di Padang di Sumatera Barat.
Laporan tersebut juga menyebutkan setiap bencana yang menerpa Indonesia, hanya ada satu bangunan yang utuh dan tidak rusak. Bangunan itu adalah masjid.