REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Emirsyah Satar mengumumkan bahwa penerbangan maskapai itu sejak Jumat pagi (29/7) dari Jakarta ke berbagai kota tujuan domestik dan luar negeri sudah kembali normal.
"Sudah normal. Sedikitnya 30 penerbangan dari Jakarta tadi pagi sudah normal," kata Dirut Garuda Emirsyah Satar kepada pers usai penandatanganan "Club Loan" antara Garuda dengan sejumlah perbankan swasta di Jakarta, Jumat (29/7).
Penegasan tersebut terkait dengan mogok setengah hari yang dilakukan oleh Asosiasi Pilot Garuda (APG) pada Kamis (28/7) sebagai protes terhadap kesalahan manajemen maskapai itu.
Akibatnya, ada perlakuan yang berbeda terhadap penghasilan pilot dalam negeri dengan pilot asing yang dikontrak BUMN Penerbangan itu.
Menurut Emirysah, meski begitu, masih ada beberapa penerbangan karena alasan operasional, mengalami keterlambatan.
Emirsyah membantah bahwa akibat pemogokan APG tersebut menimbulkan kerugian bagi perseroan.
"Tak ada kerugian. Kalau pun ada pengalihan penumpang ke maskapai lain, itu sudah biasa terjadi di bisnis penerbangan," katanya.
Terkait dengan langkah berikutnya setelah ada kesepakatan "damai" sehari sebelumnya yang dimediasi Menneg BUMN, Emirsyah berjanji, akan menuntaskannya sebelum lebaran tahun ini.
"Kami akan mencari solusi terbaik, termasuk menyelesaikan persoalan PKB (Perjanjian Kerja Bersama) ," katanya.
Emirsyah juga enggan mengomentari tudingan soal kesalahan manajemen yang dilontarkan APG dengan hanya mengatakan "Itu hanya soal komunikasi".
"Komunikasi itu harus dua arah. Ke depan, kita berharap menjadi satu tim, peperangan itu bukan ke dalam, tetapi kompetisi di luar," katanya.
Sementara itu, laporan keuangan Garuda menunjukkan bahwa perseroan pada semester I 2011 mencatat rugi sebesar Rp186,58 miliar, turun dari laba bersih sebesar Rp59,96 miliar periode sama 2010.
Laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, Jumat, menunjukkan bahwa kerugian perseroan lebih dipicu oleh membengkaknya beban usaha.
Hingga Juni 2011 perseroan sesungguhnya mampu meningkatkan pendapatan hingga sebesar Rp11,22 triliun, naik sebesar sebesar 44,59 persen dibanding Rp7,76 triliun.
Namun pada saat yang sama, tingginya beban usaha yang mencapai Rp11,56 triliun, melonjak 40,57 persen dari sebelumnya Rp8,22 triliun mengakibatkan perseroan membukukan rugi usaha.