Rabu 27 Jul 2011 16:18 WIB

143 Titik Api Kembali Terdeteksi di Pulau Sumatra

Warga Singapura memotret kotanya yang mulai tertutup asap akibat kebakaran hutan Sumatra
Foto: TST
Warga Singapura memotret kotanya yang mulai tertutup asap akibat kebakaran hutan Sumatra

REPUBLIKA.CO.ID, DUMAI - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Riau menyatakan pantauan satelit cuaca "National Oceanic and Atmospheric Administration" (NOAA) 18 mendeteksi ada 143 titik api di wilayah Sumatra.

Analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Riau Selamet Riyadi, di Dumai, Rabu mengatakan, dari sejumlah titik api yang terdeteksi itu, 17 di antaranya terdapat di Riau dan selebihnya berada di hampir seluruh wilayah Sumatra termasuk Jambi, Lampung, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Palembang dan Sumatra Selatan.

"Untuk pemetaannya saat ini kita belum tahu berapa-berapa di setiap wilayah karena sistem kita sempat mengalami gangguan, namun yang jelas jumlah ini meningkat dibandingkan hari sebelumnya (Senin (25/7)," katanya.

Pada Senin (25/7), kata Selamet, di Sumatra terdapat ada sekitar 128 titik api atau "hotspot" di mana untuk Riau terdeteksi sekitar tujuh titik.

Menurut dia, kemunculan titik api ini dimungkinkan terus bertambah mengingat sebagian besar wilayah Sumatra khususnya Riau masih akan diselimuti musim kemarau kering.

"Kondisi ini sebaiknya diantisipasi dengan tidak melakukan pembakaran lahan atau hutan saat membuka perkebunan baru. Karena semakin banyak titik panas yang disebabkan terjadinya kebakaran disuatu wilayah dapat menyulut kemunculan kabut asap dan meningkanya suhu udara," urainya.

Sejak dua hari terakhir kata Selamet, suhu udara di Riau berada diantara 30-33 derajat celsius. Kondisi tersebut menurutnya masih cenderung normal mengingat beberapa wilayah Riau memang memiliki suhu udara yang cukup tinggi termasuk Kota Dumai dan Pekanbaru.

"Mengenai kemungkinan hujan, beberapa wilayah Riau terutama Riau bagian Utara meliputi Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kota Dumai dan Pekanbaru masih berpotensi mengingat pola angin di empat wilayah ini cenderung konfergensi atau mengumpul sehingga merangsang terjadinya percepatan pembentukan awan penghujan yang merata," demikian Selamet Riyadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement