REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim mengatakan kegiatan pertambangan memberikan dampak kerusakan lingkungan terbesar di alam. "Pertambangan paling dahsyat merusak alam. Gunung digali akan habis. Tapi kerusakan itu karena ulah manusia sebab yang salah adalah caranya," kata Anggota Dewan Pertimbangan Presiden tersebut di Jakarta, Rabu.
Emil Salim menjadi salah satu pembicara dalam peluncuran dan sosialisasi fatwa pertambangan ramah lingkungan yang diluncurkan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun ia juga mengatakan, meski pertambangan merusak lingkungan namun manusia membutuhkan sumber daya alam seperti batu bara, timah, emas dan sebagainya yang dikandung dalam perut bumi.
"Apakah tambang harus kita hentikan? Tidak, tapi pakai pemikiran, teknologi dan ilmu pengetahuan sehingga alam tidak rusak. Saya tidak menentang perusahaan pertambangan tapi yang saya tentang adalah perilaku manusianya," ujarnya.
Terkait fatwa pertambangan ramah lingkungan yang dikeluarkan MUI, Emil melihat hal tersebut sebagai pintu masuk untuk menjadikan lingkungan sesuatu yang lebih diperhatikan.
Ia bahkan mendukung memasukkan pemahaman mengenai lingkungan dari ajaran agama. Dalam Islam, dikatakannya, tidak pernah membenarkan untuk merusak alam.
"Yang merusak itu manusia seperti dalam Alquran dikatakan bahwa kerusakan di darat dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia," tambah Emil Salim.