REPUBLIKA.CO.ID,BANDA ACEH--Sepasang macan tutul hingga kini bermukim di Desa Blang Luah, Kecamatan Woyla Barat, karena belum ada penanganan dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh .
Mustafa, tokoh masyarakat Desa Blang Luah, pada Sabtu di Meulaboh menyatakan bahwa sepasang macan tutul (phantera pardus) hingga kini masih menetap di kebun karet milik mereka, sehingga tidak jarang petani karet setempat terkejut dengan kehadiran binatang buas ini.
"Kira-kira sepekan lalu ada tetangga saya melihat macan itu. Dia pikir binatang apa kulitnya belang duduk di atas pohon karet. Sewaktu mengaum baru ia terkejut dan berlari pulang, tidak jadi menderes karet lagi," katanya.
Namun demikian, kata Mustafa, macan tutul tidak menyurutkan semangat masyarakat setempat untuk menderes karet karena mereka terbentur tingginya kebutuhan hidup yang setiap hari bergantung pada kebun rakyat itu .
"Kalau kondisi kami di sini tidak apa-apa, karena macan itu sudah menggeser sekitar 200 meter dari pemukiman. Sudah jarang menampakkan diri mereka," ujarnya.
Kehadiran sepasang hewan dilindungi tersebut diperkirakan sudah sejak tujuh bulan lalu, dan belum berpindah ke lokasi lain, meskipun masyarakat setempat sudah pernah mencoba melakukan pengusiran.
Selama kera yang menjadi santapan hewan itu masih tersedia di perkebunan mereka, menurut dia, maka mustahil macan tutul akan berpindah sebelum ditangkap dan punah sendiri, karena areal perkebunan di wilayah itu begitu kondusif ditinggali.
Mencukupi kebutuhan yang semakin meningkat menjelang hari meugang (hari potong hewan) yang menandaidatangnya bulan Ramadhan bagi masyarakat Aceh, dikatakannya, menumbuhkan rasa kebernian untuk masuk kedalam kebun karet berjarak 50 meter dari rumah mereka.
Sekarang harga karet di tingkat kami sudah naik menjadi Rp15.000 per kilogram. Kalau sebelumnya turun hingga Rp13.000 per kilogram, karena menipisnya permintaan dari tingkat penampung di desa kami," kata Mustafa.
Masyarakat setempat mengharapkan ada solusi untuk menjauhkan hewan tersebut dari kebun mereka, tidak menunggu lama sampai sepasang macan tutul itu melahirkan keturunan di desa yang sebelumnya tidak pernah terusik.
"Ketemu di jalan melihatnya saja kami takut, apalagi mengusir. Kalau dibuat perangkap nanti kami takut binatang itu mengamuk, dan habislah kami di sini," ujarnya.
Pemukiman Desa Blang Lauh yang dilingkari oleh Sunggai Woyla itu memiliki 22 desa berdekatan, dan Mustafa menyatakan, mereka takut hewan itu melampiaskan kemarahanya warga desa bila telah beranak pinak.