Senin 18 Jul 2011 14:01 WIB

Hujan Saat Kemarau, Petani Tembakau Diminta Waspadai Serangan Ulat Hitam

Tembakau
Tembakau

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah meminta petani tembakau di wilayah itu mewaspadai serangan hama ulat hitam. Pasalnya, meski sudah masuk musim kemarau, hujan masih sesekali turun.

"Hama ulat hitam keluar dari dalam tanah dan menyerang daun bawah dan batang tanaman tembakau yang masih kecil. Mereka berpotensi menyerang ketika musim kemarau yang masih sedikit disertai hujan. Karena itu, petani perlu waspada," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang Sutomo di Rembang, Senin (18/7).

Ia menjelaskan, hama ulat hitam biasanya menyerang pada saat malam hingga pagi hari. Ulat-ulat tersebut sudah mulai siap memangsa daun dan batang tembakau pada sore hari.

"Petani kami sarankan untuk mengawasi tanaman tembakaunya terutama pada sore hari. Jika ditemukan ulat hitam, sebaiknya langsung diambil kemudian dibuang," katanya.

Menurut Sutomo, jika tanaman tembakau diserang hama ulat seperti ini, penyemprotan pestisida atau obat pembasmi ulat diyakini tidak akan membunuh ulat secara tuntas. "Satu-satunya cara ulatnya dicari kemudian dibuang," katanya menegaskan.

Ia menambahkan, selain ancaman serangan hama ulat hitam, pihaknya juga meminta para petani tembakau mewaspadai serangan hama ulat hijau dan belalang. "Kalau pembasmian hama ulat, memang harus diambil dari tanaman, tidak bisa disemprot. Namun, untuk belalang, bisa disemprot dengan pestisida," katanya menambahkan.

Hingga Juni 2011 ini, Distanhut Kabupaten Rembang mencatat jumlah luasan tanaman tembakau mencapai 80 hektare, yakni di Kecamatan Sulang dan Bulu masing-masing 32 hektare, Kecamatan Gunem seluas 12 hektare, dan Kecamatan Lasem empat hektare.

"Tanaman tembakau adalah tanaman yang cukup tepat dikembangkan saat musim kemarau. Hanya, para petani tetap harus waspada serangan hama ulat tersebut," katanya.

Seorang petani tembakau di Dusun Kapasan Desa Glebeg Kecamatan Sulang Suparno mengatakan setiap kali turun gerimis atau hujan, bisa dipastikan banyak ulat menyerang daun tembakau.

"Jalan satu-satunya memang kami harus jeli mencari ulat di tanaman dan dibuang," katanya.

Menurut ia, kalau daun tembakau banyak berlubang akibat serangan ulat, maka saat dipanen hasil rajangan juga tidak akan bagus dan pada akhirnya akan menyebabkan harga tembakau murah karena kualitasnya dianggap jelek.

"Pihak pabrik tidak hanya membeli tembakau kering bukan hanya dari aroma, rajangan daun tembakau yang bagus, tidak putus-putus, juga turut menentukan harga" katanya. Sementara, jika daun banyak yang berlubang, maka rajangan tembakau nantinya akan banyak putus, katanya menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement