Kamis 14 Jul 2011 14:03 WIB

Mau Masuk Pesantren, Polisi Harus Jaga Sikap!

Rep: Erdy Nasrul/ Red: cr01
Sejumlah anggota Brimob Polda NTB bersiaga saat melakukan penyisiran di areal Pondok Pesantren Umar bin Khattab, di Kabupaten Bima, NTB, Rabu (13/7).
Foto: Antara/Abdullah
Sejumlah anggota Brimob Polda NTB bersiaga saat melakukan penyisiran di areal Pondok Pesantren Umar bin Khattab, di Kabupaten Bima, NTB, Rabu (13/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Polisi diminta menjaga sikap saat melakukan penyelidikan dan penyidikan di sekitar area Pesantren Umar bin Khattab di Bima, Nusa Tenggara Barat. Mereka harus berpenampilan yang tidak menakutkan penghuni pesantren, meskipun sedang membawa senjata api laras panjang.

"Jika bisa, tidak perlu membawa senjata api kedalam area pesantren," kata Anggota Rabithah Ma’ahid Islami (RMI) atau Asosiasi Pondok Pesantren Seluruh Indonesia, KH Zaim Ahmad Ma'soem, Kamis (14/7).

Menurut Gus Zaim, panggilan KH Ma'soem, hal itu penting dilakukan agar santri di dalamnya tidak melakukan perlawanan terhadap aparat penegak hukum. "Mereka (para santri) tidak tahu apa-apa, karena masih kecil," ujarnya.

Aksi kepolisian yang penuh ketegangan seperti berwajah tanpa senyuman, kemudian tidak menyapa warga sekitar, justru dapat memicu ketegangan yang bisa saja dilakukan kaum santri ataupun warga sekitar.

Prinsipnya, kata Gus Zaim, aparat kepolisian mencoba untuk tampil sopan dan santun terlebih dahulu. Kalau memang mengancam keselamatan aparat kepolisian, silakan saja aparat melakukan tindakan sesuai yang sudah ditentukan dalam standar operasional mereka. Namun dengan tindakan sopan saja, ia yakin warga sekitar termasuk santri, akan segan dan pasti menghormati aparat kepolisian.

"Namun tolong perhatikan anak-anak di dalam pesantren itu. Mereka masih dalam masa pertumbuhan dengan emosi yang labil. Mereka sangat mudah diprovokasi dan didoktrin," saran Gus Zaim.

Meskipun Pesantren Umar bin Khatab tidak termasuk dalam 11.200 pesantren anggota RMI, pihaknya tetap mengimbau agar tata krama di dalam pesantren harus dijaga. “Ini adalah bentuk penghormatan kita terhadap lembaga pendidikan tertua di Indonesia,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement