REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti meminta Presiden SBY tidak gegabah menyalahkan media. Menurut Ikrar, pemberitaan media massa tentang M Nazaruddin itu berdasarkan sumber langsung.
Patokannya adalah nomor kontak itu tercatat milik mantan bendahara umum Partai Demokrat (PD) tersebut. Belum lagi pesan melalui BlackBarry Massanger (BBM) yang dikirimkan Nazaruddin itu atas namanya.
Jika itu tidak benar yang mengirimkan Nazaruddin, kata Ikrar, mengapa dia tak pernah membantahnya. Mungkin, sebut dia, bahasa yang disampaikan Nazaruddin kurang baik. Tapi isi pesan BBM itu ke media massa jelas darinya. "Jadi mengapa dipersoalkan SBY. Nazaruddin tak pernah mempersoalkannya," kata Ikrar di Jakarta, Selasa (12/7).
Sementara terkait pesan singkat yang dikirimkan Wakil Ketua Dewan Pembina PD Marzuki Alie, Ikrar menilai Ketua Dewan Pembina PD SBY cukup bijak tidak menuruti keinginan Marzuki Alie untuk menyelenggarakan kongres luar biasa (KLB). Karena jika itu dikabulkan, bisa terjadi citra PD makin terpuruk.
"Itu sama saja membuka kotak pandora sebab AD/ART partai bisa dilanggar hanya karena terjadi krisis internal," jelasnya.
SBY, kata Ikrar, takut mengabulkan tuntutan Marzuki Alie. Pasalnya hal itu bisa berimplikasi pada politik tingkat nasional dalam artian MPR bisa menjatuhkan Presiden di tengah masa jabatannya. Padahal hal itu bertentangan dengan hukum konstitusi. "SBY takut diimpeachment. Analogi saya seperti itu," sebutnya.
Ikrar juga mengkritik kepemimpinan Anas Urbaningrum yang dinilainya tidak cakap memperbaiki kondisi PD. Menurutnya, Anas lebih memilih menyelamatkan kursi ketua umum daripada PD. "Anas dalam hal ini lebih mementingkan jabatannya dibanding partainya," kata Ikrar.