REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL - ''Saya bersama para peternak sapi di Bantul akan sujud syukur satu kali, bila memang Australia benar-benar jadi menghentikan export sapinya ke Indonesia,'' kata Kepala Dinas Pertanian Bantul, Edi Suhariyanta. ''Kami juga akan sujud syukur dua kali, kalau Pemerintah pusat menghentikan impor sapi ke Indonesia.''
Ia menceritakan kebijakan impor sapi dan daging yang selama ini diterapkan pemerintah pusat telah membuat para peternak sapi potong semakin terpuruk. Bayangkan, katanya, harga sapi layak potong yang tahun lalu mencapai Rp 7-8 juga kini hanya berkisar Rp 3- 4 juta. Selain itu, harga pedhet (anak sapi) yang sebelumnya bisa sampai Rp 4 juta per ekor, kini hanya dihargai Rp 2 juta. Kondisi ini, lanjutnya, dengan sendirinya mematahkan semangat para peternak sapi potong di Bantul.
Dijelaskannya, sekitar dua tahun lalu, Bantul setiap hari bisa mengirim 4-5 truk -- sekitar 20-25 ekor sapi ke daerah pemasaran di Jabotabek. ''Kini pengiriman terhenti sama sekali,'' katanya. Pasalnya, rumah-rumah potong di Jabotabek begitu juga pedagang sapi di sana ternyata memilih membeli dulu sapi impor daripada sapi lokal yang didatangkan dari daerah.
Ia mengatakan sebenarnya usaha peternakan sapi di Bantul cukup membantu warga desa di kabupaten itu, yang umumnya para petani. Di Bantul sendiri saat ini terdapat 56 ribu ekor sapi dengan jumlah peternak mencapai 18 ribu orang. ''Jadi 90 persen peternak di Bantul adalah peternak kecil yang hanya memelihara satu sampai tiga ekor sapi,'' tuturnya.
Menurut Edi, bagi petani di Bantul, sapi adalah tabungan mereka, bila suatu saat mereka membutuhkan uang untuk membiayai anaknya masuk sekolah, pada setiap tahun ajaran baru. ''Memelihara sapi bagi mereka, sama saja dengan menabung tenaga, karena umumnya sapi itu hanya cukup diberi makan dengan hijauan yang mereka arit sendiri,'' kata Edi.
''Sudah dua tahun ajaran ini, para peternak ini mengeluhkan, bahwa hasil penjualan sapi mereka tak cukup untuk menutupi biaya-biaya yang dibutuhkan untuk membiayai sekolah anak-anak mereka,'' tutur Edi. Menurut dia, Pemkab Bantul sebenarnya sudah sejak lama meminta pemerintah pusat menghentikan impor sapi.