REPUBLIKA.CO.ID,PADANG--Dekan Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Dr. Ir. Jafrinur berpandangan pemerintah Indonesia jangan setengah hati menghentikan impor sapi dari Australia.
"Penghentian impor sapi dari Australia harus ada komitmen pemerintah dalam bentuk kebijakan tegas dengan memanfaatkan situasi sekarang ini. Sudah saatnya ada ketegasan untuk stop impor sapi secara parmanen ke Indonesia," kata Jafrinur ketika diminta pandangannya di Padang, Senin.
Menurut dia, kalau penghetian impor sapi hanya karena "kemarahan" LSM di Australia saja, masih dipandang setengah hati dan bisa jadi setelah tiga bulan mendatang kembali diterima lagi impor sapi negara Kanguru itu.
Terkait, sekitar 60 persen bahan pangan Ausrtalia termasuk sapi dominan di ekspor ke Indonesia, dan bisa saja kebijakan pemerintahnya kembali melanjutkan impornya setelah adanya kesepatakan dengan LSM negara itu.
Justru itu, kesempatan besar sekarang bagi pemerintah Indonesia memutus impor sapi dari Australia jangan disia-siakan, karena bila tak ada polemik oleh LSM negara itu, sulit untuk menghetikan impornya.
"Pemerintah jangan sampai mengabaikan peluang ini, meskipun kebutuhan dalam negeri dengan produksi sendiri masih ada kekurangan," katanya.
Menurut dia, meskipun sekarang ada kekurangan dagaing sapi untuk kebutuhan dalam negeri sekitar 30 persen, kondisi ini tidak akan berlangsung lama dan diperkirakan dalam jangan enam bulan ke depan berangsur tertutupi.
Meskipun harus impor untuk menutupi kekurangan yang ada, bisa saja didatangkan dari negara-negara lain yang ternak sapinya bebas dari penularan penyakit.
Bahkan, tambahnya, kapan perlu untuk sementara waktu diimbangi saja dengan daging kambing dan ayam, sehingga upaya menghentikan impor daging ke Indonesia bisa ditunjukan secara konkrit dan serius.
Sebab, bila dihentikan secara parmanen impor sapi jelas berdampak positif terhadap antusias pelaku peternak dalam negeri, karena harga daging sapi lokal bisa bergerak naik.
Oleh karena itu, katanya, seiring dengan kebijakan penghentian impor secara tegas dari pemerintah perlu didorong terus peningkatan produksi dalam negeri sehingga petani bisa bergairah kembali.
"Kebijakan pemerintah untuk menghentikan impor daging dinantikan masyarakat, bahkan di sejumlah sentra ternak dalam negeri sudah memperlihatkan kegembiraan dihentikan impor tersebut," katanya.
Menurut dia, terjadi kekurangan impor bahan bangan di Indonesia, salah satunya daging karena kebijakan yang pada masa sebelumnya pro kepentingan importir, dan bukan pada rakyat.
Akibatnya ruang bagi sapi impor dibuka dan dampak negatifnya membuat kalangan peternak lesu, karena nilai jual dagingnya rendah dan hanya saat menjelang lebaran hari bergerak naik.