Senin 13 Jun 2011 08:10 WIB

Bandara Internasional di Indonesia Menyimpan Ironi

Rep: Rahmat Santosa B/ Red: cr01
 Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Provinsi Banten.
Foto: antarafoto.com
Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Provinsi Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kondisi tiga bandara internasional di Indonesia kelebihan kapasitas penumpang. Ketiga bandara tersebut adalah Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Jakarta, Bandara Juanda Surabaya serta Bandara Ngurah Rai Bali.

Peningkatan di tiga bandara tersebut mencapai 20-45 persen. Ini diungkapkan Chairman The Center for Indonesia Development Review (CIDEV) Muhammad Rifai Darus dalam siaran persnya, Ahad (12/6).

Bandara Soetta misalnya, dari 23 juta penumpang pada 2010 kini membengkak mencapai 43 juta penumpang. Sementara jumlah penumpang di Bandara Juanda meningkat 4 juta penumpang, dari 12 juta penumpang di 2010 menjadi 16 juta penumpang pada 2011. Sedangkan jumlah penumpang di Bandara Ngurah Rai saat ini ada di kisaran 11 juta penumpang yang di tahun lalu hanya 8 juta penumpang.

 

''Fakta tersebut menandakan situasi ekonomi Indonesia tumbuh dengan pesat. Namun di sisi lain, situasi itu dapat memengaruhi citra Indonesia di mata internasional. Mengingat fasilitas bandara merupakan salah satu tolak ukur status perkembangan dan pembangunan sebuah negara,'' papar Rifai.

Menurut Rifai, Infrastruktur bandara pun menjadi soal manakala tidak mampu mengatasi aspek non-teknis. Misalnya masalah banjir, atau genangan air di lokasi bandara. Efeknya tidak hanya penerbangan domestik yang terganggu. Penerbangan internasional dari dan menuju Indonesia turut merasakan imbasnya.

 

Pengamatan CIDEV menunjukkan, banjir yang melanda Jakarta dua tahun lalu, telah mengganggu operasional Bandara Soekarno-Hatta selama dua hari, yaitu 1-3 Februari 2008. Selain kerugian materil yang ditaksir mencapai Rp 3,1 miliar, sedikitnya 669 penerbangan mengalami gangguan. Mulai dari keterlambatan (delay) sampai pembatalan jadwal penerbangan baik keberangkatan maupun kedatangan.

''Hal tersebut menjadi ironi justru di saat pemerintah Indonesia tengah mencanangkan tahun wisata, Visit Indonesia Year pada awal 2008. Akibatnya, penumpukan penumpang tidak hanya terjadi di bandara Cengkareng, tetapi juga di sejumlah bandar udara internasional seperti Changi Airport Singapura, Kuala Lumpur International Airport, bandar udara Suvarnabhumi di Bangkok Thailand serta beberapa bandara internasional lainnya,'' jelas Rifai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement