REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mempublikasikan bahwa dukungan kepada Partai Demokrat telah disusul oleh Partai Golkar untuk pertama kalinya sejak 2005. Namun Demokrat tidak begitu saja mempercayai survei yang dilakukan pada 1.200 responden acak yang dilakukan 1-7 Juni lalu ini.
"Kita menghargai hasil LSI. Tapi kita, kan juga punya bandingan," ucap Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat, Saan Mustofa saat dihubungi, Ahad (12/6). Bagi Saan, jeda antara waktu penyelenggaraan survei dengan saat publikasi survei bisa mengalami perubahan.
LSI melakukan survei pada 1.200 responden berjudul 'Blunder Politik Demokrat: Kasus Nazaruddin dan Perubahan Dukungan Partai' sepanjang 1-7 Juni kemarin. Salah satu analisisnya, dukungan kepada Demokrat turun 5 persen menjadi 15,5 persen dibanding pada survei Februari 2011 lalu yang mencapai 20,5 persen.
Sebanyak 40 persen dari pemilih yang meninggalkan Demokrat tadi, dianalisis LSI, berpindah dukung ke Golkar. Akibatnya, dukungan kepada Golkar menjadi 17,9 persen, bertambah dari 13,5 persen pada survei Februari sebelumnya.
Perubahan ini, terang Saan, diperlihatkan dari survei serupa yang juga dilakukan Lembaga Survei Indonesia. Lembaga Survei pada survei terakhirnya memperlihatkan bahwa dukungan kepada Demokrat masih diposisi teratas PDIP dan Demokrat.
Saan mengakui bahwa dukungan kepada partai SBY ini mengalami penurunan. Namun Demokrat meyakini bahwa pemilih yang tidak lagi mempercayai Demokrat bukan berarti pindah ke partai lain. "Tapi menjadi pemilih yang masih mengambang," kilah Saan.
Menagenai Nazaruddin, lanjut Saan, partainya semaksimal mungkin agar kadernya itu memenuhi panggilan KPK. Kasus Nazaruddin dilihat Saan sebagai ujian bagi Demokrat yang akan membuatnya naik kelas menjadi partai papan atas. "Mudah-mudah pemilih mendoakan."