REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar, Bambang Soesatyo mengatakan pihaknya menganggap pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono soal Pilpres 2014, merupakan bahasa bersayap.
Bambang Soesatyo mengatakan yang harus dicermati, ialah, kalimat bersayap berbunyi "siapa pun punya hak konstitusional, dan semua diserahkank kepada keinginan rakyat."
"Itulah pintu masuknya. "Kalau rakyat menghendaki, mengapa tidak?" Kita dulu juga tentu masih ingat, saat Yudhoyono mengatakan kepada Presiden Megawati Soekarnoputri dan juga kepada publik, tidak akan maju dalam Pilpres 2004," ujarnya.
Faktanya, lanjut Bambang, Yudhoyono maju dengan alasan didukung dan dikehendaki oleh rakyat. Ia menekankan, mengingat postur politik di DPR RI dikuasai mayoritas partai koalisi, ini dapat saja diberdayakan.
Sebab, tambah Bambang, kata kunci yang disampaikan presiden ialah, semua mekanismenya kita serahkan kepada rakyat melalui demokrasi. "Semua terserah kepada rakyat," ujarnya.
Peluang Sri Mulyani
Sementara itu, mengenai peluang Sri Mulyani Indrawati (SMI) pada 2014, Bambang Soesatyo mengatakan, sangat tergantung pada konstelasi politik terakhir nanti.
"Pertama, apakah kasus hukumnya soal skandal Century dianggap selesai, atau sebaliknya yang bersangkutan bisa jadi pesakitan karena tuduhan penyalahgunaan wewenangan dalam 'bail out' Bank Century senilai Rp6,7 triliun itu," katanya.
Kedua, menurut dia, kendaraan politik mana yang dia pakai (kalau undang-undang tentang Capres independen, tentu tidak lolos).
"Kembali ke soal pernyataan Yudhoyono, maka dalam politik, kadang apa yang diucapkan belum tentu itu yang dimaksudkan. Bahkan seringkali yang terjadi adalah sebaliknya," ujarnya. Jadi, lanjutnya, hati-hati dalam memaknai apa yang diucapkan.
"Apalagi itu soal pencapresan. Bisa saja itu hanya strategi agar tidak terus jadi sasaran tembak oleh kelompok tertentu atau pihak-pihak yang kini berambisi 'nyapres'," katanya.