Rabu 01 Jun 2011 09:50 WIB

Hmm...Orang Kaya Indonesia Paling Optimistis dan Percaya Diri

Ilustrasi
Foto: .
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Survei Nielsen Global Online di 51 negara, menghasilkan potret orang kaya di Indonesia paling optimistis dan percaya diri ketiga di seluruh dunia atau kedua di Asia Pasifik. Tingkat optimisme ini hanya kalah di bawah penduduk India dan Afrika Selatan.

Survei itu dilakukan untuk mengetahui tingkat keyakinan konsumen di kuartal I/2011. Indonesia, dengan 500 respponden yang terjaring secara online, mencatat indeks 116 -- di bawah India (131) dan Afrika Selatan (118).

Angka keyakinan masyarakat tersebut diperoleh berdasarkan beberapa indikator, antara lain optimisme, kemampuan dan keinginan belanja, serta prospek pekerjaan responden.

Indeksnya diketahui dari perolehan di atas atau di bawah angka 100. Di atas 100 menunjukkan tingkat optimisme, sedangkan di bawah 100 artinya pesimisme.

''Sebagian besar menjawab optimistis, lalu siap untuk belanja, dan yakin dengan prospek pekerjaan mereka untuk 12 bulan ke depan,'' ungkap Managing Director Nielsen Indonesia, Catherine Eddy, dalam konferensi pers Peringkat Indonesia dalam Global Online Consumer Confidence, di Jakarta, Selasa (31/5).

Survei Nielsen kali ini lebih banyak menyasar kalangan kaya atau kelas menengah atas dan pekerja kerah putih. ''Karena dilakukan secara online, menurut saya, survei ini menyasar ke kelas A-B (menengah ke atas),'' ujar Chaterine.

Dia mengakui, hasilnya tak mewakili masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Hanya saja, diyakini perbedannya tak terlalu besar, sehingga hasilnya bisa dibilang mewakili masyarakat Indonesia di kota-kota besar.

 

Stabil

Indeks keyakinan konsumen itu, lanjut Chaterine, sama sekali tidak mengalami perubahan dibanding kuartal IV/2010. ‘’Ini mengindikasikan tingkat optimisme yang konsisten,’’ katanya.

Kondisi itu ditunjang keadaan ekonomi Indonesia yang stabil karena pemerintah terus melakukan subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. ''Subsidi ini melindungi masyarakat dari tekanan inflasi, khususnya akibat kenaikan harga minyak dunia,'' kata Chaterine.

Catherine menjelaskan, dari tingkat kesiapan, hampir 53 persen responden konsumen Indonesia menyatakan bahwa 12 bulan ke depan ialah waktu yang tepat membeli hal yang mereka inginkan dan butuhkan. Angka ini naik enam persen dari kuartal IV/2010. Tahun lalu tingkat kepercayaan belanja konsumen ada di level 47 persen.

Kenaikan indeks itu karena sebagian masyarakat Indonesia percaya bahwa pemerintah tak memiliki rencana untuk menaikkan harga BBM pada 12 bulan ke depan. Untuk itu  mereka percaya diri untuk berbelanja.

Bahkan sejauh ini delapan dari sepuluh konsumen juga mengatakan bahwa kondisi keuangan mereka sedang sangat baik atau cukup baik. Hal inilah yang juga memicu kepercayaan diri masyarakat untuk terus belanja.

''Selama ini inflasi relatif stabil, jadi saya yakin pertumbuhan akan baik di sektor konsumen Indonesia,'' kata Chaterine.

Satu hal yang juga menggembirakan, masyarakat Indonesia sebagian besar tak khawatir dengan kenaikan harga pangan. Padahal sebagian besar masyarakat di Asia Pasifik mencemaskannya. Justru ketakutan Indonesia lebih kepada ekonomi dan keseimbangan kehidupan pekerjaan.

Hasil survei Nielsen membuktikan hanya empat persen masyarakat Indonesia yang khawatir soal kenaikan harga pangan. ''Masyarakat khawatir dengan ekonomi secara general, yaitu spekulasi kenaikan BBM yang bisa memicu inflasi,'' tutur Chaterine.

Baca selengkapnya di Republika cetak edisi hari ini.

sumber : Asep Nurzaman
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement